maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

Konten

Genderuwall 20cm x 6cm x 22,5cm karya William Davis. Dok. MOT
Personil band Voice of Baceprot (dari kiri) Firdda Marsya Kurnia, Euis Siti Aisah, dan Widi Rahmawati, seusai sesi latihan di Jakarta, 8 April 2021. AFP/Bay Ismoyo
Taufik Ikram jamil (kiri) dan Sutardji Calzoum Bachri di depan rumah Sutardji. Dok. Pribadi
Sutardji Calzoum Bachri di Taman Ismail Marzuki Jakarta, 1983. Dok. TEMPO/Ali Said
Eito Kawahara dalam Kotaro Lives Alone. Netflix
Adegan dalam film Titane.
Acara musik punk di GOR Saparua Bandung. Film Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua

Gelanggang Olahraga: Riwayat Musik Bawah Tanah

Pada 1970-1990-an, selain menjadi arena olahraga, gelanggang olahraga (gelora) di berbagai kota menjadi ajang pentas musik. Keberadaan gelora malah banyak melahirkan musikus berbakat daripada olahragawan. Gelora Saparua, Bandung, misalnya, sempat menjadi tempat komunitas musik bawah tanah (underground) yang melahirkan banyak band pada 1990-an. Mereka di antaranya Burgerkill, Puppen, Jasad, Koil, PAS Band, Pure Saturday, dan Dajjal, yang kini “besar” dan menjadi pionir sejumlah kelompok musik anyar.

Di luar Bandung, sejumlah gelora menyimpan kenangan akan kejayaan grup musik lokal. Ada Gelora Manahan (Solo), Bulungan (Jakarta), juga Pulosari (Malang). Sayangnya, sebagian gelora itu sudah dirobohkan. Ada pula yang masih berdiri, tapi tak lagi menghidupi kegiatan seni. Sepatah memori kejayaan gelora sebagai wadah para seniman terekam dalam film dokumenter tentang Gelora Saparua, yang tayang pada Juni lalu di sejumlah kanal streaming. Karya sutradara Alvin Yunata itu melahirkan pertanyaan: perlukah melahirkan kembali gelora sebagai kawah kreativitas anak muda di tengah zaman yang serba digital? Simak reportasenya.

Selingan Edisi : Sabtu, 3 Juli 2021

Kevin Hart dalam Fatherhood. Netflix
Papan iklan Blackpink yang dipasang oleh penyedia layanan streaming musik Spotify di New York, Amerika Serikat, pada 2020. Twitter @BLACKPINK
Marzuki Darusman. Dok. Matra/Tempo
Marzuki Darusman saat menjabat Jaksa Agung di dalam mobilnya, Jakarta April 2000 Dok Tempo/Bernard Chaniago
Tjoet Nya Dhien 2021. PT Kanta Indah Film
Petugas berjalan di ruang utama usai peresmian renovasi Masjid Istiqlal, Jakarta, 7 Januari 2021. presidenri.go.id

Kontroversi Paduan Suara Asmaul Husna dan ‘New Istiqlal’

Lantunan Asmaul Husna dari kelompok paduan suara Jakarta Youth Choir (JYC) di Masjid Istiqlal, Jakarta, menggegerkan media sosial pada pertengahan Mei lalu. Kor itu dianggap menodai masjid. Narasi yang berkembang juga menyudutkan JYC, yang dianggap memberi sentuhan gereja terhadap masjid rancangan Friedrich Silaban itu. Namun betulkah begitu? Sejumlah ulama menganggap alunan Asmaul Husna oleh JYC justru memperkuat peran masjid sebagai pusat peradaban dan kebudayaan Islam. Citra ini sejatinya diharapkan muncul pada Istiqlal setelah direnovasi untuk pertama kalinya semenjak 42 tahun lalu.

Selingan Edisi : Sabtu, 22 Mei 2021

Kartun bertema "Solidaritas Untuk Myanmar" karya Muhammad Nasir dalam pameran daring The ASEAN Human Rights Cartoon Exhibition.

Tak Berhenti Menyengat: Suara Kartun Asia Tenggara Kini

Perkara kartun kerap melentikkan kontroversi di berbagai negara. Kritik yang dikemas jenaka pun kadang membuat orang tersentil. Kita tentu ingat geger kartun Nabi Muhammad dalam mingguan Charlie Hebdo yang membuat kantor media Prancis itu ditembaki. Belasan orang meninggal, termasuk kartunis media itu. Jauh sebelum itu, pada 2005, media Denmark Jyllands-Posten menerbitkan kartun yang sama. Kondisi di Asia Tenggara tak jauh berbeda. Tiga tahun lalu, kantor Tempo di Palmerah, Jakarta, disambangi ratusan orang dari Front Pembela Islam yang memprotes kartun di majalah ini.

Demokrasi yang tumbuh di ASEAN tak dibarengi dengan kebebasan para kartunisnya. Sebagian seniman gambar diringkus polisi, sedangkan yang lain berkarya dalam kecemasan akan persekusi. Menandai kondisi ini, kartunis politik Malaysia, Zunar, dan organisasi nirlaba Hujah Ehsan menggelar pameran daring The ASEAN Human Rights Cartoon Exhibition pada 3-30 Mei 2021. Bertema “Hak Asasi di Negeri Sendiri”, pameran itu menampilkan 100 kartun kritis karya 37 kartunis dari 5 negara: Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Myanmar.

Selingan Edisi : Sabtu, 15 Mei 2021

Joe Taslim dan Hiroyuki Sanada dalam Mortal Kombat. 2019 Warner Bros. Entertainment Inc
Sugiarti Siswadi (tengah) dalam sebuah sesi Konferensi Komite Eksekutif Pengarang Asia-Afrika, Juli 1963. Koleksi Oey Hay Djoen/ISSI
Widjajanti saat penandatanganan buku Bukan Takdir, di Hotel Tentrem Yogyakarta, 15 Maret lalu. Dok. Pribadi

Prasangka terhadap Orang Tionghoa Bukanlah Takdir

Setelah 12 tahun, buku karya Widjajanti W. Dharmowijono tentang pencitraan orang Cina dalam novel Indo-Belanda bertarikh 1880-1950 akhirnya dirilis Penerbit Ombak pada 5 April 2021. Perilisan ini disyukuri Inge—panggilan akrab Widjajanti—karena dulu naskah yang bersumber dari disertasinya di Universiteit van Amsterdam itu pernah ditolak penerbit Belanda. Namun Inge tetap berkukuh pada keinginannya semula: bukunya harus terbit dalam bahasa Indonesia dan dibaca khalayak negeri ini.

Selingan Edisi : Sabtu, 17 April 2021

Umbu Landu Paranggi di Museum Lukisan Sidik Jari di Denpasar, Bali./Dok. Sahaja Sehati

Perjamuan Terakhir Sang Presiden Malioboro

Penyair Umbu Landu Paranggi wafat pada Selasa dinihari, 6 April lalu. Pria kelahiran Sumba Timur itu menutup usia di Rumah Sakit Bali Mandara, Sanur, Bali, dalam usia 77 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka bagi para murid dan penggemar syair-syair etniknya. Umbu adalah mentor bagi banyak seniman di Jawa dan Bali. Dia pernah "menggelandang" di Yogyakarta dan menghidupkan komunitas seniman Persada Studi Klub yang bermarkas di Malioboro. Setelah pindah ke Bali pun dia teguh menjadi guru puisi bagi penyair-penyair muda yang bernaung di komunitas puisi. Walau menggembleng banyak seniman, Umbu memilih jalan sunyi. Dia menjauhi sorotan dan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia seni. 

 

Selingan Edisi : Sabtu, 10 April 2021

Kho Ping Hoo atau Asmaraman Sukowati membaca buku di rumahnya, di Solo, Jawa Tengah, 1977. Dok. TEMPO/Kastoyo Ramelan

Jurus Fantasi, Peta Cina, dan Cerita Silat Kho Ping Hoo

Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo pernah berjaya pada zamannya. Saat kebanyakan penulis cerita silat Indonesia menyadur kisah pengarang Cina pada 1950-an, Kho Ping Hoo menyusun sendiri lakonnya. Lahir di Sragen, 95 tahun lalu, Kho Ping Hoo muda mulai menulis karena kondisi ekonomi. Sebagai pengarang ia produktif. Tercatat ada ratusan judul yang ia lahirkan, sebagian di antaranya berlatar Cina dan sisanya Indonesia. Bu Kek Siansu menjadi salah satu yang fenomenal. Terdiri atas 24 jilid, buku itu masih menyihir penggemarnya hingga kini karena plot ceritanya yang menarik dan sarat filosofi. Karyanya yang lain juga populer, walau sejumlah muatan sejarah dan geografis tentang Cina di bukunya disebut-sebut meleset dari fakta. Namun para pembaca “mengampuni” hal itu karena bagaimanapun tulisan Kho Ping Hoo hanyalah fiksi. Untuk mengenang lelaki yang wafat pada 1994 itu, Roemah Bhinneka pada 15 Maret 2021 menggelar diskusi secara daring. Dalam diskusi, lahir gagasan untuk memperkenalkan lagi Kho Ping Hoo kepada para pembaca belia.

Selingan Edisi : Sabtu, 3 April 2021

Pentas Teater Nara bertajuk Sade Bero, dalam Festival Teater Tubuh digelar Teater Payung Hitam. Dokumentasi Teater Nara
Rosamund Pike dalam I Care A Lot. Netflix
Mural Usmar Ismail dan sajaknya yang berjudul Ditengah Djalan, di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dok. Sako Academy
Caroline Dhavernas dan Richard Short dalam Mary Kills People./imdb
Sanusi Pane (berdiri, kelima kiri) bersama M Tabrani (berdiri, kedua kiri), Sutan Takdir Alisjahbana (berdiri, kedua kanan), Mohammad Yamin (berdiri, kanan), Armijn Pane (duduk, kiri), dan peserta lainnya di Kongres Bahasa Indonesia I di Solo,  Juni 1938. Foto: Dok. Museum Sumpah Pemuda
John David Washington dalam Tenet. imdb
Penari Sang Hyang Dedari yang kesurupan di Taman Budaya Denpasar, Desember 2015. ANTARA/Nyoman Budhiana

Ritual-ritual Kuno Penolak Wabah

JAUH sebelum pandemi Covid-19 mengoyak bumi, berbagai daerah di Nusantara sudah beberapa kali berhadapan dengan pagebluk yang memakan korban jiwa. Kondisi itu memunculkan beragam kearifan lokal yang bertaut erat dengan tradisi untuk mencegah ataupun melawan wabah. Ritual itu tak hanya berupa perapalan mantra dan doa, tapi juga tari-tarian, syair, serta upacara tradisional yang sebagian di antaranya masih dilestarikan sampai sekarang. Di Bali, misalnya, dikenal tari sakral sanghyang yang memadukan gerak tari dan trans, juga kidung, yang dilakukan untuk mengenyahkan bala dan memohon perlindungan dewata.

Ada pula metode penyembuhan dan ramuan tradisional yang dipercaya berkhasiat mengobati penyakit dari masa ke masa. Bermacam ritual itu termaktub dalam buku Menolak Wabah yang dirilis Penerbit Ombak bekerja sama dengan Borobudur Writers & Cultural Festival Society, akhir tahun lalu. Buku yang terbagi menjadi dua jilid itu memuat puluhan karya tulis yang menggali kearifan lokal penolak wabah, dari relief, manuskrip, sejarah rempah, hingga ritual budaya.

Selingan Edisi : Sabtu, 20 Februari 2021

Makayla Rose Hilli bersama June dalam June dan Kopi./Netflix
Anggoro  Dwi Nugroho, salah satu finalis kompetisi cosplay Indonesia Comic Con 2021, dengan kostum Zhongli, karakter dari Genshin Impact. Dok. Pribadii
Pertermuan antara Tiffany Tsao (kanan) dan Budi Darma di Surabaya, Juni 2019. Dok. Pribadi
Abdul Latief di Jakarta, Desember 2008. Dok.TEMPO/Santirta
Sarwono Kusumaatmaja di Jakarta, 14 Januari lalu./TEMPO/M Taufan Rengganis

Orang Jalanan Pelintas Zaman

Ketokohan Sarwono Kusumaatmadja, 77 tahun, melintasi rezim. Pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat ketika masih mahasiswa, dia menjadi orang sipil pertama yang jadi sekretaris jenderal dewan pimpinan pusat Golkar. Presiden Soeharto pernah mencoba menariknya masuk ke lingkaran dekat pembisiknya.  

Sarwono menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1988-1993) dan Menteri Lingkungan Hidup (1993-1998). Sedangkan pada masa reformasi, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menunjuk Sarwono sebagai Menteri Eksplorasi Kelautan (1999-2001). Sampai sekarang, pengaruhnya masih terasa sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim serta anggota staf ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.

Memoar Edisi : Sabtu, 23 Januari 2021

Vinyl
Episode pertama dari Tidak Ada New York Hari Ini, yang diisi oleh karya dari Lala Bohang. Youtube Miles Film
Balai serba guna di Kampung Code dengan gaya arsitektur rancangan Romo Mangun, 20 Desember lalu. TEMPO/Pito Agustin

Sang Manyar dalam Layar

KISAH hidup Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau Romo Mangun difilmkan dalam bentuk dokumenter drama. Sebab, tak banyak footage tentang pastor kelahiran Ambarawa, Kabupaten Semarang, 1929, yang dikenal sebagai aktivis, arsitek, novelis, sekaligus kolumnis yang produktif tersebut. Selama sekitar 90 menit, film arahan Sergius Sutanto ini menggabungkan fragmen penting dalam kehidupan Romo Mangun, dari jejak arsitektur dan perlawanannya di Kali Code, Yogyakarta, hingga perjuangannya membela warga dalam pembangunan Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah, juga kilas balik keterlibatannya sebagai anggota Tentara Pelajar dan Tentara Keamanan Rakyat. Sejumlah peristiwa traumatis saat menjadi tentara disebut sebagai alasan Romo Mangun begitu gigih memperjuangkan kemanusiaan. Tempo melaporkan dari Yogyakarta.

Selingan Edisi : Sabtu, 26 Desember 2020

Bartosz Bielenia berperan sebagai Daniel saat adegan di penjara dalam film Corpus Christi. IMDB
Pembukaan kembali atraksi wisata Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, 31 OKtober lalu. ANTARA/Fikri Yusuf

Ketika Penari Kecak Bermasker

Pembatasan sosial pada Maret 2020 memukul mundur dunia pariwisata Bali. Begitu pun atraksi tari tiarap dari gegap-gempita panggung pertunjukan. Karena sepi pentas, sejumlah sanggar terpaksa merumahkan para penarinya. Sebagian dari mereka bahkan sempat beralih profesi demi bertahan hidup. Adaptasi dengan keadaan pun menjadi jalan keluar. Perlahan mereka kembali berlatih dan tampil lagi, tentu dengan mengikuti protokol kesehatan. Perubahan ini tak hanya berpengaruh secara estetika, tapi juga berimbas pada koreografi tarian. Dalam tari kecak, misalnya, para penari mesti melatih napas demi bisa mengeluarkan bebunyian dari balik masker. Simak laporannya.

Selingan Edisi : Sabtu, 28 November 2020

Hyuk Jang dalam The Swordsman produksi Opus Picture. Imdb
Pentas kru Arka Kinari di Makassar, awal Oktober lalu. Dok. Kemendikbud
Tim Arka Kinari disambut oleh perahu kora-kora saat tiba di Banda Neira. Twan Im

Arka Kinari, Romantisme Jalur Rempah

Berangkat dari Rotterdam pada 23 Agustus 2019, rombongan kapal Arka Kinari akhirnya melemparkan jangkar di Indonesia pada 1 September lalu. Kapal itu mengangkut pasangan suami-istri seniman, Nova Ruth Setyaningtyas dan Grey Filastine, dan enam awak lintas negara. Dalam tur minim jejak karbon ini, mereka menyinggahi sejumlah negara dan menggelar konser mini di atas kapal. Petualangan mereka diwarnai sejumlah tantangan, dari serangan badai, pandemi corona, hingga perizinan yang membuat mereka sempat terkatung-katung di lautan. Tak hanya berkampanye soal lingkungan, kru Arka Kinari terlibat dalam gerakan Jalur Rempah yang dicanangkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Itu pula yang membuat mereka mengubah rute kunjungan, menuju sejumlah titik jalur rempah Nusantara: Sorong (Papua Barat), Banda Neira (Maluku), Selayar dan Makassar (Sulawesi Selatan), Benoa (Bali), dan Surabaya (Jawa Timur). Tempo melaporkan.

Selingan Edisi : Sabtu, 17 Oktober 2020

Skyler Gisondo dalam The Social Dilemma. imdb
Tuak Sa'galas khas Dayak./Dok.Pribadi
Deretan botol Hatten, wine lokal asal Bali, dan wine Two Island di gerai minuman di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, November 2014./Dok.TEMPO/M Iqbal Ichsan

Geliat Minol, dari Cap Tikus hingga Wine Lokal

DI tengah polemik peredaran minuman beralkohol alias minol, produk lokal justru melejit dengan olahan dan kemasan profesional. Menyusul Cap Tikus, minuman tradisional beralkohol dari Minahasa, Sulawesi Selatan, awal tahun ini muncul Sophia, dari moke dan sopi khas Nusa Tenggara Timur. Beredarnya dua merek itu disokong regulasi pemerintah daerah yang pro-pemberdayaan ekonomi warga. Seperti halnya Bali, yang punya beragam minol, baik yang tradisional seperti arak maupun wine lokal. Sejumlah merek minuman keras itu tak hanya mengandalkan penjualan langsung, tapi juga memanfaatkan media sosial dan pasar daring. Strategi itu pula yang membuat minol yang diproduksi di Semarang, Vibe, bisa meluaskan pasar. Penjualan liquor ini juga disokong capaian Vibe, yang meraih penghargaan di kompetisi level Asia hingga dunia. Tempo melaporkan dari Bali dan NTT.

Selingan Edisi : Sabtu, 19 September 2020

Kahitna tampil dalam konser New Live Experience 2020 di Parkir Barat JIExpo Kemayoran, Jakarta, 29 Agustus 2020. ANTARA/Puspa Perwitasari
Sampul buku Wiro Anak Rimba Indonesia. Dokumentasi Keluarga Lie
Goei Kwat Siong, pencipta komik Si A Piao./Dok. Agus Dermawan T
Pentas Jejamu, Ritus Rempah untuk Bunyi di gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya./Dok. TBJT
Siniar atau Podcast Budayakita yang menayangkan program Sandiwara Sastra dalam  judul Catatan buat Emak. TEMPO
Muhamad Radjab Sutan Maradjo/Dok. Farida Indriastuti

Jurnalis dan Penerjemah dari Minang

MUHAMAD Radjab adalah sosok jurnalis yang dilupakan. Pada masanya, ia produktif menulis buku dan menerjemahkan naskah dari berbagai bahasa. Lelaki kelahiran Sumpur, Sumatera Barat, 21 Juni 1913, ini juga seorang poliglot. Dia fasih berbicara dan menulis dalam lima bahasa: Inggris, Belanda, Arab, Jerman, dan Prancis. Setahun terakhir, tiga bukunya diterbitkan ulang oleh Balai Pustaka dan Kepustakaan Populer Gramedia, yakni Catatan di Sumatra, Perang Padri di Sumatra Barat, dan Semasa Kecil di Kampung.

Buku-buku itu tak ubahnya catatan antropologis dan sosiologis yang diracik Radjab dengan napas jurnalistik. Sebagai pewarta, Radjab pernah berkiprah di tujuh media. Bermula dari harian lokal, Persamaan, ia lalu ikut mendirikan Indonesia Raya bersama Mochtar Lubis dan berkarya di Kantor Berita Antara. Ia tutup usia di Padang pada usia 57 tahun, saat menghadiri seminar sejarah dan budaya di Batusangkar. Tempo melaporkan dari kampung halaman Radjab, menyusuri kenangan tentang dirinya dari para putranya.

Selingan Edisi : Sabtu, 4 Juli 2020

Syair Perang Palembang yang terdiri atas 260 bait yang ditulis dengan huruf Arab Melayu./Tempo/Parliza Hendrawan

Naskah-naskah Palembang yang Terlupakan

KESULTANAN Palembang Darussalam yang ditaklukkan Belanda pada 1821 pernah memiliki sebuah perpustakaan besar berisi koleksi manuskrip. Sultan Mahmud Badaruddin II, penguasa Kesultanan Palembang dua abad silam, dikenal sebagai pencinta literasi. Ia ingin menjadikan kesultanannya sebagai pusat studi Islam dan sastra. Tatkala Kesultanan Palembang diserbu Belanda, sang Sultan diduga mengosongkan perpustakaan dan menyebarkan koleksi manuskripnya ke rumah-rumah bangsawan agar selamat. Para filolog Palembang kini berusaha melacak naskah-naskah itu.

Iqra Edisi : Sabtu, 27 Juni 2020

Adegan dalam film dokumenter Blood Rider./Youtube
Jake Horowitz dalam The Vast of Night./imdb
Seorang Yahudi ‘Pemberontak’ dan Kehidupan setelah Mati/imdb
Hans Pols./sydney.edu.au
Vaksin anak di salah satu desa dekat Bondowoso oleh seorang dokter jawa, 1910./KITLV
Militer mengkarantina wilayah Jawa terkait wabah pes./Tropenmuseum

Kisah Wabah dan Karantina di Hindia Belanda

Berbagai gelombang wabah menghantam Indonesia di zaman Hindia Belanda. Dari pagebluk kolera dan pes pada abad ke-18, ke-19, dan awal abad ke-20 sampai Flu Spanyol menerjang. Situasinya mirip seperti sekarang. Setelah terlambat menangani wabah, pemerintah akhirnya menerapkan karantina wilayah. Banyak hal yang bisa dipelajari dari wabah pada tempo dulu. Strategi mitigasi, isolasi yang tepat, dan gerak cepat kebijaksanaan diperlukan.

 

Selingan Edisi : Sabtu, 16 Mei 2020

Sejumlah murid sekolah dasar mengikuti proses belajar melalui televisi siaran TVRI di Serang, Banten, 14 April 2020./ANTARA/Asep
Kolaborasi delapan penari dalam menyambut Hari Tari Sedunia, yang diunggah akun YouTube HARI TARI DUNIA ISI SURAKARTA, 28 April 2020./Youtube.com
Komplotan Perampok Bertopeng Dali/imdb
Pentas Kamateatra Art Project dan Komunitas Teater Kaki Langit dalam judul Pandemi Paranoid 19 di kanal Youtube Kamateatra./Youtube.com
Personel Efek Rumah Kaca Cholil Mahmud (tengah), Akbar Bagus Sudibyo (kanan), dan Airil Nur Abadiansyah (kiri)./TEMPO/M Taufan Rengganis

Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan