maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Ritual-ritual Kuno Penolak Wabah

JAUH sebelum pandemi Covid-19 mengoyak bumi, berbagai daerah di Nusantara sudah beberapa kali berhadapan dengan pagebluk yang memakan korban jiwa. Kondisi itu memunculkan beragam kearifan lokal yang bertaut erat dengan tradisi untuk mencegah ataupun melawan wabah. Ritual itu tak hanya berupa perapalan mantra dan doa, tapi juga tari-tarian, syair, serta upacara tradisional yang sebagian di antaranya masih dilestarikan sampai sekarang. Di Bali, misalnya, dikenal tari sakral sanghyang yang memadukan gerak tari dan trans, juga kidung, yang dilakukan untuk mengenyahkan bala dan memohon perlindungan dewata.

Ada pula metode penyembuhan dan ramuan tradisional yang dipercaya berkhasiat mengobati penyakit dari masa ke masa. Bermacam ritual itu termaktub dalam buku Menolak Wabah yang dirilis Penerbit Ombak bekerja sama dengan Borobudur Writers & Cultural Festival Society, akhir tahun lalu. Buku yang terbagi menjadi dua jilid itu memuat puluhan karya tulis yang menggali kearifan lokal penolak wabah, dari relief, manuskrip, sejarah rempah, hingga ritual budaya.

arsip tempo : 173056780032.

Penari Sang Hyang Dedari yang kesurupan di Taman Budaya Denpasar, Desember 2015. ANTARA/Nyoman Budhiana. tempo : 173056780032.

DUA bocah perempuan itu menari dengan padu pada suatu petang di sebuah pura di Karangasem, Bali. Kedua mata mereka terpejam, larut dalam kidung yang dinyanyikan belasan perempuan paruh baya yang duduk di belakang. Cengkok suara para penyanyi itu membuat syair terdengar liris. Belasan menit kemudian, kedua penari mungil itu limbung. Tubuh mereka rebah. Dua penyanyi lantas membopong dan memangku satu-satu bocah yang sedang dalam keadaan t

...

Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.

Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini

PILIHAN TERBAIK

Rp 54.945/Bulan

Aktif langsung 12 bulan, Rp 659.340

  • *Anda hemat -Rp 102.000
  • *Dijamin update hingga 52 edisi Majalah Tempo

Rp 64.380/Bulan

Aktif setiap bulan, batalkan kapan saja

  • *GRATIS untuk bulan pertama jika menggunakan Kartu Kredit

Lihat Paket Lainnya

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 27 Oktober 2024

  • 20 Oktober 2024

  • 13 Oktober 2024

  • 6 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan