Perjamuan Terakhir Sang Presiden Malioboro
Penyair Umbu Landu Paranggi wafat pada Selasa dinihari, 6 April lalu. Pria kelahiran Sumba Timur itu menutup usia di Rumah Sakit Bali Mandara, Sanur, Bali, dalam usia 77 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka bagi para murid dan penggemar syair-syair etniknya. Umbu adalah mentor bagi banyak seniman di Jawa dan Bali. Dia pernah "menggelandang" di Yogyakarta dan menghidupkan komunitas seniman Persada Studi Klub yang bermarkas di Malioboro. Setelah pindah ke Bali pun dia teguh menjadi guru puisi bagi penyair-penyair muda yang bernaung di komunitas puisi. Walau menggembleng banyak seniman, Umbu memilih jalan sunyi. Dia menjauhi sorotan dan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk dunia seni.
MENJELANG sore, Sabtu, 3 April lalu, di kediamannya di Jalan Antasura, kawasan Lembah Pujian, Denpasar, penyair Umbu Landu Paranggi tiba-tiba mengutarakan satu permintaan: dia ingin mengudap buah anggur. Di rumah itu Umbu ditemani anak-anak didiknya dari komunitas Majelis Masyarakat Maiyah Masuisani. Itu bukan permintaan yang biasa. Namun akhirnya Dul, 28 tahun, dan Mamet, 58 tahun, menuruti permintaan Umbu. Keduanya keluar rumah untuk membeli an
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini