Gelanggang Olahraga: Riwayat Musik Bawah Tanah
Pada 1970-1990-an, selain menjadi arena olahraga, gelanggang olahraga (gelora) di berbagai kota menjadi ajang pentas musik. Keberadaan gelora malah banyak melahirkan musikus berbakat daripada olahragawan. Gelora Saparua, Bandung, misalnya, sempat menjadi tempat komunitas musik bawah tanah (underground) yang melahirkan banyak band pada 1990-an. Mereka di antaranya Burgerkill, Puppen, Jasad, Koil, PAS Band, Pure Saturday, dan Dajjal, yang kini “besar” dan menjadi pionir sejumlah kelompok musik anyar.
Di luar Bandung, sejumlah gelora menyimpan kenangan akan kejayaan grup musik lokal. Ada Gelora Manahan (Solo), Bulungan (Jakarta), juga Pulosari (Malang). Sayangnya, sebagian gelora itu sudah dirobohkan. Ada pula yang masih berdiri, tapi tak lagi menghidupi kegiatan seni. Sepatah memori kejayaan gelora sebagai wadah para seniman terekam dalam film dokumenter tentang Gelora Saparua, yang tayang pada Juni lalu di sejumlah kanal streaming. Karya sutradara Alvin Yunata itu melahirkan pertanyaan: perlukah melahirkan kembali gelora sebagai kawah kreativitas anak muda di tengah zaman yang serba digital? Simak reportasenya.
“JAKET kulit tanpa lengan, kuping ditindik, sepatu bot Docmart (Dr. Martens). Kerumunan massa itu banyak sekali yang berbaju hitam,” kata Giri Nugroho, 41 tahun. Setelan itu jauh dari kesan menakutkan bagi Giri remaja. Justru tampak trendi baginya. Bisa jadi karena ia terbiasa merekam pemandangan itu saban akhir pekan. Dulu, tiap Ahad, Giri dan belasan kawan sebayanya biasa pergi menonton pergelaran musik bawah tanah (underground). &l
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini