maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Nama sastrawan angkatan Pujangga Baru, Sanusi Pane, tak banyak diingat dalam kajian sejarah Kongres Pemuda. Padahal, dalam kongres pertama, dia bersama Mohammad Tabrani berperan dalam mengusung istilah nahasa Indonesia ketimbang bahasa Melayu yang diusulkan Mohammad Yamin. Sanusi juga mencetuskan ide pendirian institut dan perguruan tinggi kesusastraan Indonesia dalam Kongres Bahasa Indonesia Pertama. Untuk kiprahnya itu, Sanusi Pane diusulkan menjadi pahlawan nasional.
ORANG-ORANG Bloomington tahun ini “pulang kampung” ke Amerika Serikat. Rencananya, kumpulan cerita pendek karya Budi Darma itu akan diterbitkan oleh Penguin Classics, salah satu lini penerbit terkenal dan prestisius Penguin Random House, untuk diedarkan di Amerika Serikat dan Kanada. Orang-orang Bloomington menjadi buku Indonesia pertama yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penguin Classics, yang juga merilis karya-karya penulis legendaris, dari Arthur Conan Doyle, Charles Dickens, hingga William Shakespeare.
Terbit perdana pada 1980, Orang-orang Bloomington sudah berulang kali berganti penerbit. Terakhir, pada 2015, Noura Publishing mencetak ulang buku tersebut. Pada 2016, buku itu memikat Tiffany Tsao, dosen dan penulis yang belakangan menjadi penerjemahnya. Noura Publishing, mewakili Budi Darma, lantas menandatangani kontrak dengan Penguin Classics melalui perantara agen literasi Jacaranda pada pengujung 2020.
Catatan tentang Sapardi Djoko Damono di Solo ini ditulis sepenuhnya berdasarkan ingatan. Pada pertengahan 1960-an, sebelum dan sesudah peristiwa 30 September 1965, beberapa seniman Solo suka berkumpul, dan dalam kumpul-kumpul itulah pertama kali saya bertemu dengan Mas Djoko—semua temannya memanggilnya demikian, tapi tanpa “Mas”. Mereka berusia akhir 20-an tahun. Saya, siswa kelas satu sekolah menengah atas, ikut hadir karena merupakan anggota Lingkaran Seni Muslim Surakarta yang dididirikan salah seorang dari mereka, yaitu Budiman S. Hartoyo, penyair dan wartawan. Kegiatan Lingkaran antara lain mengadakan latihan melukis.
KESULTANAN Palembang Darussalam yang ditaklukkan Belanda pada 1821 pernah memiliki sebuah perpustakaan besar berisi koleksi manuskrip. Sultan Mahmud Badaruddin II, penguasa Kesultanan Palembang dua abad silam, dikenal sebagai pencinta literasi. Ia ingin menjadikan kesultanannya sebagai pusat studi Islam dan sastra. Tatkala Kesultanan Palembang diserbu Belanda, sang Sultan diduga mengosongkan perpustakaan dan menyebarkan koleksi manuskripnya ke rumah-rumah bangsawan agar selamat. Para filolog Palembang kini berusaha melacak naskah-naskah itu.
Bulan Mei ini adalah tepat 100 tahun hari kelahiran Utuy Tatang Sontani, sastrawan Indonesia. Pada masa-masa akhir hidupnya, Utuy tinggal di Moskow. Ia wafat dan dimakamkan di sana. Tragedi politik 1965 membuat nama dan karya-karyanya nyaris terlupakan.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.