maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Pandemi Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19 memantik demam sepeda di Indonesia. Tren gowes, yang pada tahun-tahun sebelumnya muncul secara sporadis dan spesifik dalam kelompok penggila sepeda dan komunitas, kini merebak hampir di semua kalangan masyarakat. Kebutuhan untuk hidup sehat dan bugar, ditambah keinginan melepas penat dari aktivitas yang melulu di dalam rumah, membuat masyarakat melampiaskan hasratnya dengan bersepeda. Aktivitas gowes tidak hanya marak di perkotaan, juga banyak terlihat di perdesaan. Tren sepeda menyuguhkan beragam sisi, dari perkara hobi, kompetisi, hingga urusan hidup-mati karena rezeki. Gowes pun menggeliatkan wisata sepeda dan peluang usaha.
Di sela kesibukan menjalani pekerjaan dan aktivitas harian, para penggemar olahraga bersepeda meluangkan waktu untuk memacu road bike alias sepeda balap mereka di jalanan dalam kota hingga lintas provinsi. Mereka berlatih serius menempuh jarak ratusan kilometer dalam sehari, memiliki pelatih sendiri, juga menyetel ulang sepeda agar sesuai dengan postur tubuh untuk meningkatkan performa dan menghindari cedera. Mereka menggunakan sepeda canggih dan ringan dengan harga mencapai ratusan juta rupiah demi menggenjot prestasi dan gaya hidup. Fenomena kemunculan pesepeda balap amatir di jalan-jalan perkotaan juga kian marak di tengah pandemi Covid-19. Mereka pun mencatatkan prestasi mengayuh sepeda lewat berbagai aplikasi pelacak aktivitas olahraga.
TREN bersepeda belakangan ini mengucurkan fulus bagi para pedagang ataupun pegowes sepeda. Ibaratnya, sekali kayuh, cuan dan hobi pun terlampaui. Pengusaha Azrul Ananda membuat terobosan dengan merek sepeda Wdnsdy yang ia rancang bersama John Boemihardjo. Pengalaman keduanya bersepeda menjadi faktor utama yang membuat Wdnsdy berfisik ciamik hingga kebanjiran order. Begitu pun sepeda produksi Bandung, Kreuz, yang disebut mirip Brompton, sepeda bikinan Inggris. Rezeki juga berpendar di bidang layanan ekspedisi, lewat profesi kurir sepeda yang ada di sejumlah kota besar di Indonesia. Peluang itu mengisi ceruk bisnis sepeda, termasuk para kolektor yang menjadikannya investasi.
Layanan tur sepeda sudah lama bereksistensi. Ada yang menawarkan wisata sepeda menjelajah jalan-jalan desa dan persawahan. Ada yang mempromosikan aktivitas bersama warga sekitar. Namun bisnis tersebut anjlok sejak pandemi Covid-19 merebak. Penyedia layanan tur sampai menjual sepeda mereka lantaran sepi peminat. Tren hobi bersepeda jarak jauh membuka peluang bisnis baru.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.