BUMN
Edisi Sabtu, 9 Juli 2022
Edisi Sabtu, 9 Juli 2022
Edisi Sabtu, 9 Juli 2022
Edisi Sabtu, 9 Juli 2022
Edisi Sabtu, 25 Juni 2022
Edisi Sabtu, 28 Mei 2022
Edisi Sabtu, 16 April 2022
Edisi Sabtu, 2 April 2022
Edisi Sabtu, 5 Maret 2022
Edisi Sabtu, 5 Maret 2022
Edisi Sabtu, 19 Februari 2022
Edisi Sabtu, 12 Februari 2022
Edisi Sabtu, 29 Januari 2022
Edisi Sabtu, 29 Januari 2022
Edisi Sabtu, 20 November 2021
Edisi Sabtu, 20 November 2021
Edisi Sabtu, 20 November 2021
Edisi Sabtu, 20 November 2021
Edisi Sabtu, 6 November 2021
Edisi Sabtu, 9 Oktober 2021
Edisi Sabtu, 18 September 2021
Edisi Sabtu, 11 September 2021
Edisi Sabtu, 7 Agustus 2021
Edisi Sabtu, 7 Agustus 2021
Edisi Sabtu, 17 Juli 2021
Edisi Sabtu, 17 Juli 2021
Edisi Sabtu, 3 Juli 2021
Edisi Sabtu, 3 Juli 2021
Edisi Sabtu, 26 Juni 2021
Edisi Sabtu, 27 Maret 2021
Edisi Sabtu, 23 Januari 2021
Edisi Sabtu, 3 Oktober 2020
Kalau Sehat, Sesuai Bisnis Inti, Mengapa Tidak Dibeli?
RENCANA PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyuntik modal Gojek lewat PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menyeret Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Beredar kabar bahwa perombakan manajemen Telkom dan Telkomsel pada Juni lalu bertujuan memuluskan transaksi ini. Pandangan miring muncul lantaran kakak Menteri Erick, Garibaldi Thohir, adalah Komisaris Utama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, pengembang Gojek. Boy—begitu Garibaldi biasa dipanggil—juga disebut-sebut punya saham secara tidak langsung di decacorn startup alias perusahaan rintisan dengan estimasi valuasi lebih dari US$ 10 miliar tersebut.
Erick membalas secara tertulis sejumlah pertanyaan dalam surat permohonan wawancara Tempo. Seperti halnya Garibaldi, Erick menampik pandangan miring soal rencana investasi Telkom-Telkomsel ini.
Erick membalas secara tertulis sejumlah pertanyaan dalam surat permohonan wawancara Tempo. Seperti halnya Garibaldi, Erick menampik pandangan miring soal rencana investasi Telkom-Telkomsel ini.
Baca Selengkapnya
Edisi Sabtu, 29 Agustus 2020
Edisi Sabtu, 18 Juli 2020
Edisi Sabtu, 11 Juli 2020
Edisi Sabtu, 4 April 2020
Edisi Sabtu, 4 April 2020
Edisi Sabtu, 7 Maret 2020
Edisi Sabtu, 1 Februari 2020
Edisi Sabtu, 11 Januari 2020
Hary Prasetyo Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) 2008-2018: Saya Harus Cari Return Tinggi
LAMA tak muncul di muka publik, Hary Prasetyo berubah penampilan. Dia membiarkan dagunya penuh jenggot, yang mulai memutih. Menampik kabar bahwa ia kabur ke London, pria 50 tahun ini angkat suara tentang krisis keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang diduga akibat praktik lancung dalam pengelolaan dana investasi nasabah saat dia menjabat direktur keuangan pada 2008-2018. Kasus ini pula yang membuatnya dicegah bepergian ke luar negeri.
Kepada Retno Sulistyowati, Khairul Anam, Putri Adityowati, dan Ghoida Rahmah dari Tempo, Hary menegaskan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah buruk ketika dia masuk. “Ada peninggalan shortfall Rp 5,7 triliun,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 9 Januari lalu.
Kepada Retno Sulistyowati, Khairul Anam, Putri Adityowati, dan Ghoida Rahmah dari Tempo, Hary menegaskan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah buruk ketika dia masuk. “Ada peninggalan shortfall Rp 5,7 triliun,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 9 Januari lalu.