MAD CITY | ||
Sutradara | : | Costa-Gavras |
Skenario | : | Tom Matthews |
Pemain | : | Dustin Hoffman, John Travolta, Alan Alda |
Siapa bilang para pengelola televisi peduli dengan berita?
Dustin Hoffman adalah reporter televisi Max Brackett yang sempat melejit dan "tertendang" ke stasiun televisi kecil akibat pertentangannya dengan anchor terkemuka Kevin Hollander (Alan Alda). Secara kebetulan, Brackett terjebak dalam sebuah pertengkaran antara Sam Bailey (John Travolta), satpam sebuah museum, yang mengacungkan senapan, dan atasannya, Nyonya Banks (Blythe Danner). Satpam yang baru dipecat itu menginginkan pekerjaannya kembali. Yang lebih seru, di mata wartawan televisi tentu saja, Bailey kemudian menyandera sejumlah anak-anak dan tak sengaja menembak rekannya sendiri.
Nah, wartawan (televisi) mana yang tak tergiur untuk melaporkan berita eksklusif seperti ini? Live, man!
Costa-Gavras bukan hanya mengejek dengan parodilihat bagaimana Dustin Hoffman mendikte Travolta untuk menjawab pertanyaannya agar terlihat "oke punya" di layar televisi dan lihat bagaimana sang anchor Alan Alda kemudian memanipulasi fakta agar rating pertunjukannya melejit. Gavras memperlihatkan bahwa pengelola televisi adalah sederetan manusia yang sesungguhnya tak peduli dengan konsep "kebenaran" dalam jurnalisme. Mereka, sayang sekalidi mata Gavrasadalah sekumpulan orang yang hanya peduli dengan melejitnya rating (dan karena itu iklan akan mengalir bagai air bah), sehingga kebenaran yang dimanipulasi (melalui polling ataupun gambar) dianggap sah saja. Untung saja, ini hanya sebuah film. Untung saja, ini hanya "imajinasi" Costa-Gavras. Tapi, ngomong-ngomong, dari mana datangnya imajinasi itu kalau bukan dari kisah nyata? Mestinya, Costa-Gavras membuat film sekritis itu karena pasti jurnalisme televisi Amerika yang dikenalnya pernah melakukan hal-hal itu.
Ah, kalaupun itu benar terjadi, bukankah hanya televisi Amerika yang begitu?
Leila S. Chudori