maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Setahun terakhir ini, beberapa situs purbakala baru ditemukan baik di Dieng maupun Penanggungan. Yang menarik, penemuan itu tidak dilakukan oleh lembaga resmi arkeologi, tapi oleh gerakan masyarakat sadar wisata. Mereka mencoba mengisi kekosongan peran pemerintah dalam melestarikan kekayaan budaya masa silam.
Henk Ngantung diangkat oleh Sukarno sebagai gubernur pada 1964 karena dianggap mampu menata Jakarta secara indah. Henk salah satu anggota Persatuan Ahli Gambar Indonesia, yang didirikan S. Sudjojono dan Agus Djajasuminta. Ia dikenal sebagai juru sketsa yang selalu hadir dalam momen bersejarah perundingan Indonesia-Belanda.
Jabatan Henk sebagai gubernur sangat singkat, hanya sekitar setahun. Ikuti kenangan bagaimana sengsaranya kehidupan Henk setelah tahun 1965 itu dari janda Henk. Juga ulasan Tempo mengenai lukisan Memanah, karya legendaris Henk yang oleh Sukarno—menurut banyak orang—dianggap sebagai "azimat" Proklamasi. Selain itu, sketsa-sketsa Linggarjati yang langka karena dibubuhi tanda tangan langsung oleh para peserta perundingan.
Perpustakaan Institut Tropen akibatnya tutup dan akhir tahun lalu membagi-bagikan secara gratis sebagian koleksi bukunya kepada masyarakat Belanda. Museum Tropen, yang berdiri pada 1864 dan banyak menyimpan koleksi benda kuno dari Indonesia, pun terancam bubar pada 2017, bergabung dengan dua museum etnogafik lainnya.
Apakah Indonesia mendapat hibah ribuan buku dari koleksi Perpustakaan Institut Tropen yang dibagi-bagikan itu? Sebab, banyak sekali buku dan data mengenai Indonesia di sana. Bagaimana respons pemerintah Indonesia? Bagaimana nasib arca-arca dari Indonesia yang ada di Museum Tropen? Tempo mereportasekan kondisi mutakhir markas KIT, gedung Markant Gebouw, yang anggun di tepi Oosterpark, Amsterdam.
Lukisan itu adalah Tempat Mandi di Pinggir Laut. Lukisan ini sangat mirip dengan lukisan Sudjojono lainnya berjudul Dunia tanpa Pria. Kedua lukisan itu sama-sama menggambarkan belasan perempuan telanjang tengah bercengkerama santai di balik batu-batu besar di tepi sebuah kolam. Bedanya, seorang perempuan dalam Tempat Mandi di Pinggir Laut mengenakan kain brokat transparan, sementara di Dunia tanpa Pria ia tampil polos.
Selama ini lukisan "kembar" itu tak pernah dikupas di publik. Buku yang diluncurkan pada acara tersebut juga tidak membahas persoalan itu. Sayang, lukisan Dunia tanpa Pria tidak dihadirkan dalam pameran tersebut. Benarkah Sudjojono memang menggambar keduanya? Atau ada kemungkinan salah satunya palsu? Apa pendapat pengusaha Putra Masagung, yang memiliki Dunia tanpa Pria? Ikuti uraian Tempo.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.