Umbu Tiada, namun Mengada
Penyair Bali Warih Wisatsana menceritakan pergaulannya dengan Umbu Landu Paranggi. Umbu, menurut dia, adalah pribadi yang bersahaja lahir-batin; tak ada rekayasa untuk memisteriuskan diri.
SAYA bertemu pertama kali dengan Umbu Landu Paranggi di kantor Bali Post, Jalan Kepundung, Denpasar, sekitar Januari 1984, sebagai wartawan muda. Kala itu Umbu mengasuh dua halaman sastra budaya yang gayeng, guyub, dan hangat. Para penulis pemula dan penyair muda saat itu terbawa kompetisi kreativitas ala Umbu. Umbu mengelola rubrik puisi di Bali Post dengan membaginya ke jenjang-jenjang yang diibaratkannya kompetisi liga sepak bola.
P...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini