maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Sapardi Djoko Damono (1940-2020)

Ia yang Tak Mengkhianati Puisi

PENYAIR tersohor Sapardi Djoko Damono mengembuskan napas terakhir pada Ahad, 19 Juli lalu. Sajak-sajak Sapardi menempati pencapaian estetis tersendiri dalam jagat puisi Indonesia. Seorang pengamat mengatakan sajak-sajak imajis Sapardi berdiri kokoh di tengah, tidak tergoda terlalu ekstrem ke kiri sebagai sajak protes serta bisa menahan diri tak melangkah terlalu eksperimental ke kanan.

Seluruh hidup Sapardi didedikasikan kepada sastra. Ia pernah menjadi redaktur sastra majalah Horison, dan sampai akhir hayatnya menjadi akademikus sastra di kampus. Sapardi juga seorang penerjemah, dari novel sampai naskah drama, yang tangguh. Lingkup aktivitas sastranya demikian luas dan intens. Yang juga membedakan Sapardi dengan penyair lain adalah sajak-sajaknya diterima luas oleh publik. Musikalisasi sajak-sajak cintanya, misalnya, demikian populer, juga menyentuh secara bersahaja semua kalangan.

Menjelang kematiannya pada umur 80 tahun, Sapardi masih terus berusaha memproduksi buku-buku sastra. Ia yakin penerbitan sastra diterima masyarakat kita.

arsip tempo : 171084916827.

Penyair Sapardi Djoko Damono di Jakarta, Desember 2009. Dok. TEMPO/Arnold Simanjuntak. tempo : 171084916827.

PUISI Sapardi Djoko Damono adalah hamparan telaga tak bertepi dengan genangan air yang jika kita ciduk akan memadat di tangan kita—siapa saja kita—lalu menjelma menjadi apa saja. Itulah puisinya, tapi itu bukan seluruh puisinya. Cara untuk lebih memahaminya adalah melayarinya, menerjuninya.

Puisi-puisi Sapardi adalah teks yang mewakili gambaran hidup seseorang yang tampak tenang tapi ia sesungguhnya telah mengalami, melewati, da

...

Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.

Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini

PILIHAN TERBAIK

Rp 54.945/Bulan

Aktif langsung 12 bulan, Rp 659.340

  • *Anda hemat -Rp 102.000
  • *Dijamin update hingga 52 edisi Majalah Tempo

Rp 64.380/Bulan

Aktif setiap bulan, batalkan kapan saja

  • *GRATIS untuk bulan pertama jika menggunakan Kartu Kredit

Lihat Paket Lainnya

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 17 Maret 2024

  • 10 Maret 2024

  • 3 Maret 2024

  • 25 Februari 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan