maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Kejahatan Akademik di Kampus Kita

Dunia pendidikan tinggi kembali tercoreng dengan terbukanya dugaan kejahatan akademik  seorang profesor.

arsip tempo : 171477357950.

Kejahatan Akademik di Kampus Kita. tempo : 171477357950.

SUNGGUH “produktif” Profesor Kumba Digdowiseiso. Meski April belum berakhir, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional, Jakarta, itu telah mempublikasikan 160 artikel ilmiah di jurnal internasional pada tahun ini. Itu artinya ia mempublikasikan minimal satu artikel tiap hari. Namun, sayangnya, “produktivitas” Sang Profesor justru kembali membuka sisi gelap dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Publikasi ilmiah Kumba membuka ketidakjujuran pendidik di perguruan tinggi. Banyak guru besar, yang merupakan jabatan fungsional tertinggi bagi dosen, melakukan kejahatan akademik melalui publikasi karya ilmiah baik di jurnal dalam negeri maupun jurnal internasional bereputasi. Mereka melakukan plagiarisme atau menyewa penulis. Jual-beli dalam proses publikasi karya ilmiah yang melibatkan sindikat juga banyak terjadi. Mahasiswa bimbingan mereka pun kerap menjadi korban. 

Para pendidik itu hanya mengejar kuantitas karya tulis di jurnal ilmiah yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17 Tahun 2013 tentang Guru dan Dosen. Dalam enam tahun terakhir, produktivitas publikasi ilmiah dosen Indonesia di jurnal internasional melompat enam kali lipat, menjadi sekitar 50 ribu per tahun. Jumlah luar biasa karya ilmiah yang diatasnamakan Kumba itu dimuat dalam artikel Retraction Watch.

Kelakuan Kumba dan banyak akademikus lain, termasuk profesor, ini berakar dari beberapa hal. Yang utama adalah kebijakan, baik di tingkat pemerintah maupun kampus. Ada pertautan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan kampus yang membuat maraknya kejahatan akademik. Misalnya untuk kebutuhan akreditasi perguruan tinggi, di antaranya dilihat poin penelitian dan publikasi karya ilmiah, terutama di jurnal internasional yang bereputasi, dan jumlah profesor. Publikasi juga digunakan untuk mengejar status kampus menjadi badan hukum milik negara dan menaikkan peringkat. Buntutnya, proses seleksi profesor menjadi lebih longgar, termasuk dalam pemantauan penelitian dan publikasi karya ilmiah. Jumlah guru besar berlimpah, tapi sebagian kurang memiliki keilmuan berkualitas.

Di tingkat individu, karena demi kuantitas karya ilmiah, banyak dosen dan profesor yang mengambil jalan pintas, dengan melakukan berbagai tindakan yang tak berintegritas. Meneliti dan menulis artikel ilmiah tak lagi menjadi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi–melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat–melainkan kepentingan pribadi. Misalnya demi mendapatkan remunerasi atau mencapai angka kredit yang disyaratkan bagi kenaikan pangkat atau jabatan, termasuk untuk menjadi profesor.  

Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan. Muruah karya ilmiah mesti dikembalikan. Demikian pula muruah guru besar. Publikasi karya ilmiah hasil penelitian menjadi basis pemikiran untuk memajukan ilmu pengetahuan. Tak terbayangkan bila dosen, apalagi profesor, tak lagi meneliti dan menulis dengan baik, ilmu pengetahuan terancam mandek.

Selain itu, karya tulis ilmiah bermanfaat besar bagi publik, apalagi bila bisa memapar masyarakat lebih luas. Tak hanya mencerdaskan, tapi juga memberikan solusi dan inovasi. Tri Dharma Perguruan Tinggi pun tegak bermartabat.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 28 April 2024

  • 21 April 2024

  • 14 April 2024

  • 7 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan