Balada Wilhelmus di Negeri Walanda
DI balik pantalon dan kemeja biru donker, tubuh laki-laki itu kurus dan rapuh. Di usia 65 tahun, matanya tak lagi awas, tangannya bergetar ketika mengajak Tempo bersalaman di ambang pintu kantor Indonesian Migrant Workers Union di Rotterdam, Belanda. "Wilhelmus, panggil saja begitu," kata laki-laki asal Jawa Barat itu.
Dia menolak menyebut nama asli. Setelah duduk, laki-laki itu baru bercerita kenapa ia hidup di Belanda dalam samaran. Ia baru bers
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini