20 Mei
Sabtu, 14 Mei 2022
Kita mengenang foto Wahidin Sudirohusodo sebagai tahun “kebangkitan nasional”. Apakah itu berarti di tahun itu timbul kesadaran akan adanya sesuatu yang bisa disebut “bangsa” dalam kolektivitas yang ada.

SAYA menatap kembali foto tua itu: Wahidin Sudirohusodo di tengah 22 pria berjas beskap putih dengan kerah tinggi. Mereka—atau lebih akurat, hampir semua dari mereka—mengenakan blangkon, destar orang Jawa.
Duduk di tengah dokter Wahidin. Ia satu-satunya yang mengenakan baju surjan dan kain batik warna gelap, motif parang.
Foto itu diambil di tahun 1908. Kini kita mengenangnya sebagai tahun “kebangkitan nasional”. Saya ta
...Silakan berlangganan untuk membaca keseluruhan artikel ini.
Mulai dari
Rp.58.000*/Bulan
Akses tak terbatas di situs web dan mobile Tempo
Aplikasi Tempo Media di Android dan iPhone
Podcast, video dokumenter dan newsletter
Arsip semua berita Majalah Tempo sejak terbit 1971 dan Koran Tempo sejak edisi perdana 2001
Register di sini untuk mendapatkan 5 artikel premium gratis. Jika sudah berlangganan, silakan login