Sosiolog Universitas Negeri Jakarta dan anggota tim evaluator editorial Tempo
Konten
Museum Ingatan
Di negara yang beradab, pemerintah mendirikan museum HAM untuk mengingat sejarah kelam. Mengapa Indonesia malah menutupinya?
Selingan Edisi : Minggu, 2 Oktober 2022
Wartawan Tempo Tak Boleh Salah
Dalam masyarakat yang terbelah dan arus populisme politik, wartawan Tempo tak boleh salah. Mereka juga tak boleh benar. Mengapa?
Kolom Edisi : Sabtu, 7 Mei 2022
Teknokratisme Kritis Soedjatmoko
Soedjatmoko menyorot tajam pembangunan ala Orde Baru yang mengandalkan investasi asing. Menurut dia, pembangunan Indonesia mesti dibimbing ilmu pengetahuan.
Selingan Edisi : Sabtu, 26 Maret 2022
Industri Politik Tiga Periode
Dari mana gagasan jabatan presiden tiga periode muncul? Sebegitu parahkah dekadensi dalam budaya politik demokrasi kita?
Kolom Edisi : Sabtu, 5 Maret 2022
Momen Kosmopolitan
Tanpa sains, mustahil kita bisa melewati pandemi. Tapi sains tak berfungsi jika tak ada solidaritas.
Laporan Khusus Edisi : Sabtu, 25 Desember 2021
Populisme Korupsiogenik
Mengapa korupsi di Indonesia susah diberantas? Korupsi sudah menjadi endemi.
Kolom Edisi : Sabtu, 20 November 2021
Homo Rhetoricus
Makna retorika tergelincir menjadi buruk. Padahal manusia tidak mungkin menghayati diri sebagai makhluk politik tanpa retorika.
Bahasa Edisi : Sabtu, 9 Oktober 2021
Ambivalensi Universitas dan Negara
Banyak dosen dan mahasiswa dihukum karena mengajukan protes. Kebebasan akademik Indonesia jatuh ke titik nadir. Kenapa?
Kolom Edisi : Sabtu, 11 September 2021
Pejuang dari Lautan Teduh
Mengapa polisi Indonesia berutang kepada Hoegeng. Keteladannya adalah sikap republikanisme lama yang menggabungkan integritas, intelektualitas, dan gaya estetis yang solid.
Laporan Khusus Edisi : Sabtu, 14 Agustus 2021
Semesta Prekariat
"Prekariat” dari precariat, gabungan dua kata bahasa Inggris, precarious [rentan kolaps] dan proletariat. Apa itu?
Kolom Edisi : Sabtu, 29 Agustus 2020
Berjalan Bersama Gunung
Mengapa orang naik gunung? Tinjauan filosofis naik gunung.
Selingan Edisi : Sabtu, 21 Desember 2019
Gagalnya Tesis Orang Baik
Preferensi moralis “orang baik memilih orang baik” membuat pilihan elektoral berubah menjadi sikap esensialis yang berbahaya.