Edisi Senin, 22 Oktober 2007
Seratus tahun lalu, pramuka berdiri di tempat ini: sebuah pulau jauh di Inggris bagian selatan. Pulau Brownsea. Di sinilah pada Agustus lalu 300 pramuka dari seluruh dunia berkumpul. Mereka berkemah di tempat dulu Lord Baden-Powell pertama kali bertenda.
Seratus tahun berlalu, kini relevansi organisasi ini dipertanyakan: masihkah pramuka bermanfaat ketika semafor dan morse digilas surat elektronik, telepon genggam, dan obrolan via internet? Berikut laporan wartawan Tempo Untung Widyanto yang mewakili Indonesia dalam Jambore Dunia ke-21 di Hylands Parks, Essex, Inggris—tiga jam perjalanan dari Brownsea.
Baca Selengkapnya
Selingan di Edisi Lainnya
Edisi Senin, 24 September 2007
Mereka adalah para pemberontak yang sohor dengan musiknya yang bergedebum. Mereka, para rocker era 1970, dan diperlakukan secara istimewa oleh para pengagumnya. Rambut dipelihara hampir sepinggang seperti Arthur Kaunang, yang keriting seperti Gito Rollies, Ahmad Albar, atau Ucok Aka jadi kribo.
Tiga dekade berselang, mereka tak muda lagi. Ada yang masih bertahan dengan musiknya, ada juga yang sudah berganti profesi. Yang menarik, sebagian menikung sangat tajam:menekuni ”jalan lurus”. Ikuti penuturan beberapa rocker kepada Tempo.
Baca Selengkapnya
Edisi Senin, 17 September 2007
Malam gelap-gulita. Listrik padam. Genset dipasang. Kaki-kaki itu bergerak ke depan-belakang sesuai dengan iringan musik gambus dan marwas. Kaki-kaki milik penari uzur sampai penari bocah dalam langkah ritmis. Itulah perhelatan Semarak Zapin Serantau—yang diadakan di sebuah pelosok desa di Bengkalis. Bengkalis dikenal sebagai sebuah kabupaten di Riau, tempat zapin tumbuh secara alamiah. Ia the soul of zapin. Ikuti laporan Tempo dari Bengkalis. Meski hujan deras, festival tetap mengesankan.
Baca Selengkapnya
Edisi Senin, 3 September 2007
Dia Vladimir Putin, Presiden Rusia yang mengunjungi Indonesia. Kita mungkin mengenal dia sebagai orang yang mula-mula percaya tapi kemudian kecewa pada Barat dan Amerika Serikat. Kritikus mengeluhkan gaya kepemimpinannya yang otoriter, persis ketika Rusia jadi bagian dari Uni Soviet dulu. Satu demi satu lawan politiknya dilumpuhkan, bahkan lenyap. Tapi mayoritas masyarakat Rusia tak ambil pusing. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Rusia membaik, harga diri bangsa Rusia melonjak.
Tempo mencoba membahas sosok yang satu ini—dengan kelemahan dan kekuatannya, keburukan dan kebaikannya. Ada reportase tentang penayangan sebuah film yang menyudutkannya di Cannes. Ada gambaran hubungan Indonesia-Rusia dulu dan kini.
Baca Selengkapnya
Edisi Senin, 27 Agustus 2007