Jurnalis dan Penerjemah dari Minang
MUHAMAD Radjab adalah sosok jurnalis yang dilupakan. Pada masanya, ia produktif menulis buku dan menerjemahkan naskah dari berbagai bahasa. Lelaki kelahiran Sumpur, Sumatera Barat, 21 Juni 1913, ini juga seorang poliglot. Dia fasih berbicara dan menulis dalam lima bahasa: Inggris, Belanda, Arab, Jerman, dan Prancis. Setahun terakhir, tiga bukunya diterbitkan ulang oleh Balai Pustaka dan Kepustakaan Populer Gramedia, yakni Catatan di Sumatra, Perang Padri di Sumatra Barat, dan Semasa Kecil di Kampung.
Buku-buku itu tak ubahnya catatan antropologis dan sosiologis yang diracik Radjab dengan napas jurnalistik. Sebagai pewarta, Radjab pernah berkiprah di tujuh media. Bermula dari harian lokal, Persamaan, ia lalu ikut mendirikan Indonesia Raya bersama Mochtar Lubis dan berkarya di Kantor Berita Antara. Ia tutup usia di Padang pada usia 57 tahun, saat menghadiri seminar sejarah dan budaya di Batusangkar. Tempo melaporkan dari kampung halaman Radjab, menyusuri kenangan tentang dirinya dari para putranya.
Isma Savitri
Sabtu, 4 Juli 2020
Di jalan pulang ke Bukittinggi di dalam ngarai yang damai dan tenteram, saya persaksikan kebuasan dua tiga pemuda Minangkabau yang merintang-rintang puasanya dengan senapan angin menembaki unggas kecil yang lagi bersenang-senang terbang mencari makan dari ranting ke ranting di tebing itu. Sedang teman-temannya membaktikan jiwanya untuk negara dan kemerdekaan bangsanya di Padang Area, pemuda biadab itu menembaki unggas yang tak bersalah untuk kepe
...