Upaya Mempercepat Aksesibilitas Internet di Wilayah 3T
Pemerintah terus berupaya melakukan percepatan pemerataan infrastruktur digital
Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika terus mempercepat pemerataan akses internet di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Pada 2025, BAKTI Kominfo menargetkan realisasi konektivitas digital di semua desa dengan penuntasan pembanguanan BTS 4G.
Direktur Infrastruktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo, Danny Januar Ismawan, mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya melakukan percepatan pemerataan infrastruktur digital, di sisi hulu melalui program Palapa Ring dan Satria-1. "Kemudian program pembangunan menara pemancar atau base transciever station (BTS) dan juga akses internet gratis di titik layanan publik," kata Danny.
Namun, Danny melanjutkan, pemerintah tidak bisa sendirian melakukan pemerataan aksesibilitas digital di Indonesia. Peran para pemangku kepentingan sangat dibutuhkan dalam mempercepat akses digital. “Harus ada kerja sama dan sinergi pemerintah dengan industri telekomunikasi untuk mencapai pemerataan ideal,” ucapnya.
Karena itu, dia melanjutkan, kedepan perlu peran aktif dari stakeholder untuk ikut berkontribusi dalam percepatan pembangunan khususnya di sisi hilir, salah satunya literasi digital untuk mempercepat adopsi teknologi bagi masyarakat di wilayah 3T. "Dengan begitu pembangunan infrastruktur dapat bermanfaat dan memberikan nilai tambah," ujarnya.
Bagaimana upaya yang dilakukan BAKTI agar seluruh desa di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal mendapat akses internet? Kemudian apa saja tantangan dan hambatannya? Berikut petikan wawancara dengan Direktur Infrastruktur BAKTI, Danny Januar Ismawan, Sabtu, 11 Desember 2023.
Mengapa akses internet melalui BTS dan BAKTI Aksi di wilayah 3T belum optimal?
Banyak faktor yg mempengaruhi optimalisasi layanan BTS dan BAKTI Aksi antara lain, antara lain kondisi geografis yang sulit. Pilihan teknologi untuk wilayah ini yang memungkinkan adalah satelit, sehingga kapasitas masih terbatas dan belum memenuhi ekspektasi masyarakat.
Kemudian keterbatasan infrastruktur pendukung, seperti listrik yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan layanan, khususnya BAKTI Aksi (Akses Internet). Lalu adopsi teknologi khususnya di wilayah terpencil, pembangunan infrastruktur juga harus dibarengi dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan, pendampingan dan literasi digital.
Terakhir, keamanan. Saat ini sejumlah wilayah, khususnya di Papua terkendala faktor keamanan. Sehingga menyulitkan kami untuk melakukan upaya perbaikan infrastruktur yang terbangun.
Apa upaya BAKTI mengoptimalkan akses internet di wilayah 3T?
Selain kendala kondisi geografis, keterbatasan kapasitas satelit, infratruktur pendukung, tingkat adopsi teknologi serta faktor keamanan, adalah peran aktif dari stakeholder, khususnya pemerintah daerah. Saat ini upaya kolaborasi sudah dijalankan dengan baik di sejumlah daerah, antara lain peminjaman lahan dari pemda untuk BTS dan kemudahan dalam perizinan.
Penggunaan internet untuk sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pemerintah desa dan lainnya yang dapat memberikan nilai tambah masyarakat di wilayah 3T. Hal ini menjadi perhatian lintas sektor. Kami terus berupaya melakukan peningkatan kualitas layanan dengan Satria-1 dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan akses internet.
Kapasitas rendah dan hanya bisa diakses pada malam hari masih menjadi kendala akses internet di wilayah 3T?
Akses internet sangat tergantung dari ketersediaan listrik. Kami banyak menemui kendala keterbatasan pasokan listrik. Kondisi ini mengakibatkan konektivitas internet hanya dapat beroperasi sesuai dengan kondisi ketersediaan listrik terjadwal di lokasi tersebut.
Bagaimana kelanjutan pembangunan BTS yang sempat mangrak?
Pemerintah fokus pada penyelesaian pembangunan 5.618 site BTS 4G dengan mengedepankan asas kebermanfaatan. Pembentukan Satgas Bakti dan dukungan dari Menteri Kominfo sangat berperan dalam penyelesaian permasalahan ini.
Pada akhir Desember 2023, ditargetkan sebanyak 4988 site BTS 4G akan on air dan beroperasi memberikan layanan kepada masyarakat. Adapun sisa 630 lokasi yang belum terbangun sebagian besar terkendala faktor keamanan dan akan dibuatkan opsi-opsi penyelesaiannya pada awal 2024.
Apakah peluncuran Satria-1 dapat mengatasi akses internet di wilayah 3T?
Kehadiran Satria-1 merupakan langkah kebijakan keberpihakan yang dilakukan pemerintah untuk menangani kesenjangan digital tidak hanya di wilayah 3T. Cakupan Satria-1 adalah seluruh wilayah Indonesia.
Satria-1 ditargetkan dapat melayani 50.000 titik layanan publik, yang sebagian besar berada di wiayah 3T. Dengan kapasitas satelit sebesar 150 Gbps, diharapkan dapat memberikan experience 3-20 Mbps per lokasi.
Penggunaan akses internet akan diprioritaskan untuk mendukung produktivitas di sektor pendidikan, kesehatan, pemerintah desa dan layanan publik lainnya. Sedangkan kapasitas satelit terbatas dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Peran industri telekomunikasi dibutuhkan untuk memperluas cakupan layanan hingga ke pelosok wilayah 3T
Target desa bebas blank spot pada 2024?
Mengacu Rencana Strategis Kementerian Kominfo, target BTS di wilayah 3T sebanyak 7.904 desa. Saat ini, prioritas kami adalah menyelesaikan pembangunan BTS 4G di 5.618 titik.
Sisa target pembangunan BTS akan dievaluasi menyeluruh, khususnya dalam konteks penentuan kriteria. Nantinya, tidak lagi berdasarkan jumlah desa tapi dikaitkan dengan jumlah populasi di suatu desa dengan mengedepankan asas kebermanfaatan.
Upaya mempercepat inklusi digital di wilayah 3T?
Strategi percepatan inklusi digital di wilayah 3T adalah mendorong kolaborasi lintas sektor untuk pemanfaatan infrastruktur digital. Melalui cara ini akan menciptakan produktivitas dan nilai tambah bagi masyarakat di wilayah 3T.
Salah satu tantangan terbesar adalah tingkat literasi dan adopsi digital yang masih rendah dan diperlukan upaya konkret menjawab permasalahan di wilayah ini. Sebagai contoh upaya pendampingan berkelanjutan dengan melibatkan komunitas lokal melalui pelatihan penggunaan internet yang dapat membantu masyarakat di berbagai sektor.