Heteroglosia
Membangun demarkasi linguistik di Indonesia adalah membangun tembok dengan ilusi. Paling sedikit, demarkasi itu rapuh.
HAMPIR di tiap bandara kini kita dengar pengumuman lisan dalam bahasa daerah. Saya tak tahu persis apa yang hendak dicapai, dan pertanyaan tak terjawab: mengapa di airport Surabaya tak dipakai bahasa Osing, dan di Semarang bukan bahasa Tegal? Benarkah di Yogya orang paham bahasa Jawa yang menggunakan kromo inggil seperti dalam upacara pengantin? Apa salahnya memakai bahasa nasional, yang bisa diduga dipahami 98% orang dengan KTP Indonesia?
Serin
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini