Malcolm X
PADA umur 39 tahun, ia ditembak mati di depan umum.
Sejak itu, Malcolm X hidup sebagai riwayat yang bermula dari sebuah masa, sebuah tempat, yang buas dan tak adil: Amerika Serikat tahun 1960-an, gema ngilu nyanyian Billie Holiday tentang mayat-mayat Negro yang tergantung bagai ”buah yang ganjil” di pepohonan.
Tapi tak hanya itu. Malcolm X tak mati-mati bukan hanya karena hidupnya menanggungkan perbedaan antarmanusia yang penuh kekejaman. I
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini