maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke [email protected].
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
APRIL ini, tepatnya 15 April lalu, seharusnya ia berumur 100 tahun. Namun, tiga pekan sebelum ulang tahun satu abadnya, dia meninggal. Dialah Arie Smit, pelukis Belanda yang memilih menjadi warga Indonesia dan tinggal di Bali. Ia wafat tepat pada hari suci umat Hindu Bali: Purnama Sasih Kedasa.
Sumbangan Arie terhadap dunia seni lukis Bali luar biasa. Ia mengajak anak-anak kecil di Desa Penestanan, Ubud, menggambar kuil, pura, dan upacara dengan gaya "pop" warna-warna cerah. Dan lahirlah "mazhab" aliran Young Artists. Berkat Young Artists, Penestanan, yang pada 1960-an dianggap sebagai salah satu pusat ilmu hitam di Ubud dan tak lebih dari desa miskin, menjadi desa yang makmur dan dipenuhi art shop, galeri, restoran, serta guest house.
Dua minggu menjelang Arie Smit wafat, Tempo sempat mengunjunginya. Ikuti reportase Tempo menjelang kematiannya serta liputan bagaimana kondisi dan kabar murid-muridnya dulu yang tergabung dengan Young Artists. Juga soal pemalsuan lukisan Arie Smit.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.