Mengenang Arie Smit
APRIL ini, tepatnya 15 April lalu, seharusnya ia berumur 100 tahun. Namun, tiga pekan sebelum ulang tahun satu abadnya, dia meninggal. Dialah Arie Smit, pelukis Belanda yang memilih menjadi warga Indonesia dan tinggal di Bali. Ia wafat tepat pada hari suci umat Hindu Bali: Purnama Sasih Kedasa.
Sumbangan Arie terhadap dunia seni lukis Bali luar biasa. Ia mengajak anak-anak kecil di Desa Penestanan, Ubud, menggambar kuil, pura, dan upacara dengan gaya "pop" warna-warna cerah. Dan lahirlah "mazhab" aliran Young Artists. Berkat Young Artists, Penestanan, yang pada 1960-an dianggap sebagai salah satu pusat ilmu hitam di Ubud dan tak lebih dari desa miskin, menjadi desa yang makmur dan dipenuhi art shop, galeri, restoran, serta guest house.
Dua minggu menjelang Arie Smit wafat, Tempo sempat mengunjunginya. Ikuti reportase Tempo menjelang kematiannya serta liputan bagaimana kondisi dan kabar murid-muridnya dulu yang tergabung dengan Young Artists. Juga soal pemalsuan lukisan Arie Smit.
PURNAMA Sasih Kedasa. Rabu malam, 23 Maret lalu, itu adalah salah satu hari terbaik dalam kalender Bali. Pada malam tersebut bulan purnama begitu sempurna menebar cahaya. Dan, pada Purnama Sasih Kedasa, maestro pelukis Arie Smit "memilih" hari kematiannya.
Di Villa Sanggingan, Ubud, milik Pande Suteja Neka, Arie memulai hari itu tanpa tanda-tanda yang istimewa. "Bangun pagi sarapan sereal setelah dibersihkan badannya," kata Ketut Wita, yang melayan
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini