maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Pada tahun-tahun itu, Amir Pasaribu dikenal sebagai komponis modern sekaligus pendidik dan pemikir musik terkemuka. Ia pernah mengajar di Suriname. Ia gencar mengkritik menggejalanya band hawaian dan budaya musik pop Amerika di Indonesia. Amir berpendapat, itu membuat orkestra-orkestra serius dan musik seni hancur dan kehilangan peminat. Tulisan-tulisannya masih relevan bila dibaca sampai kini.
Ikuti reportase Tempo yang mengunjungi Amir di Medan untuk menuliskan kembali riwayat hidupnya. Layar kali ini dilengkapi sebuah tulisan bagaimana pianis Ananda Sukarlan menemukan serta memainkan kembali partitur-partitur Amir Pasaribu yang berserakan di majalah tahun 1950-an, seperti Zenith, dan memperdengarkan rekamannya di depan Amir.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.