Amir, Sang Maestro
Pada tahun-tahun itu, Amir Pasaribu dikenal sebagai komponis modern sekaligus pendidik dan pemikir musik terkemuka. Ia pernah mengajar di Suriname. Ia gencar mengkritik menggejalanya band hawaian dan budaya musik pop Amerika di Indonesia. Amir berpendapat, itu membuat orkestra-orkestra serius dan musik seni hancur dan kehilangan peminat. Tulisan-tulisannya masih relevan bila dibaca sampai kini.
Ikuti reportase Tempo yang mengunjungi Amir di Medan untuk menuliskan kembali riwayat hidupnya. Layar kali ini dilengkapi sebuah tulisan bagaimana pianis Ananda Sukarlan menemukan serta memainkan kembali partitur-partitur Amir Pasaribu yang berserakan di majalah tahun 1950-an, seperti Zenith, dan memperdengarkan rekamannya di depan Amir.

Jakarta 1952
”Ini adalah kegemparan.”
ITU kalimat sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Pujangga Baru, September 1952, tentang pemecatan seniman musik dan komponis terkemuka Amir Pasaribu dari kedudukannya sebagai Kepala Bagian Kesenian Studio RRI Jakarta. Persoalannya hanya karena perselisihan perseorangan—dengan Maladi, yang saat itu posisinya Kepala Jawatan RRI. Menurut putra Amir, Nurman Pasaribu, ayahnya memang terlibat dalam beberapa p
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini