maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan setiap tahun ada 1,3 miliar ton pangan yang hilang dan terbuang di seluruh dunia. Bahan makanan bisa hilang sejak dari masa prapanen hingga pengangkutan ke pasar. Sedangkan makanan yang terbuang, termasuk sisa makanan dari rumah tangga, merupakan pemborosan pangan. Menurut riset Economist Intelligence Unit pada 2016, setiap orang Indonesia menghasilkan 300 kilogram makanan sisa per tahun, menjadikan kita negara terboros kedua di dunia setelah Arab Saudi.
Indonesia menghadapi ancaman besar darurat pertanian akibat krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian, dan urbanisasi. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada 2015-2019 turun dari 33 persen menjadi 29 persen. Akibat alih fungsi lahan, kita mengalami defisit sawah 70 ribu hektare per tahun--bila produktivitas padi nasional 5 ton per hektare, gabah yang hilang tiap musim tanam sekitar 350 ribu ton. Rata-rata petani saat ini berusia 47 tahun ke atas. Regenerasi sektor pertanian kepada kaum milenial menjadi solusi.
Lapisan ozon adalah perisai rapuh dari gas pelindung bumi dari bagian sinar matahari yang berbahaya. Konvensi Wina memberikan jalan bagi penyusunan draf Protokol Montreal yang mengendalikan produksi dan pemakaian bahan-bahan kimia yang bisa mengikis lapisan ozon. Ada hampir 100 bahan kimia yang diatur oleh Protokol Montreal, di antaranya klorofluorokarbon (CFC) alias freon yang biasa dipakai sebagai bahan pendingin pada kulkas.
Kini ada cara baru mendeteksi virus penyebab Covid-19 yang lebih mudah dan lebih murah tapi memberikan hasil yang sama dengan tes usap nasofaring, yakni tes air liur atau ludah. Tes ini sudah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, tapi masih membutuhkan pemeriksaan spesimen di laboratorium yang bersertifikasi CLIA.
Pandemi Covid-19 ini tak boleh menghentikan upaya penanganan krisis kemanusian. Di Hari Kemanusiaan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan apresiasi tinggi kepada para relawan kemanusiaan yang tetap bekerja menolong sesama di tengah kecamuk pagebluk. Teknologi berikut ini membantu kerja para pejuang kemanusiaan di kamp pengungsian.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.