Edisi Minggu, 29 Oktober 2000
Buku-buku pelajaran dari pemerintah mengandung banyak kesalahan, dikerjakan dengan serampangan, bermutu rendah, dan menularkan cacat pengetahuan yang serius. Sekitar 12 juta murid sekolah lanjutan pertama—terutama yang miskin—menjadi korbannya. Padahal, buku itu diterbitkan dengan biaya mahal. Dananya berasal dari pinjaman Bank Dunia dan APBN senilai Rp 1,4 triliun. Bagaimana itu bisa terjadi? Tim Investigasi TEMPO menemukan indikasi korupsi-kolusi antara para pejabat Departemen Pendidikan Nasional, yang menyelenggarakan proyek itu, dan para penerbit.
Baca Selengkapnya
Investigasi di Edisi Lainnya
Edisi Minggu, 25 Juni 2000
Bisnis penyelundupan BBM seakan punya ilmu "rawa rontek"ajian andalan Rah-wana yang membuatnya tak bisa mati. Gencarnya pembe-ritaan media massa hanya membuat mereka tiarap seje-nak. Setelah keadaan tenang, aksi pengiriman emas hitam ke luar negeri kembali marak. Padahal, penyelundupan BBM ditengarai merugikan negara triliunan rupiah. Beking kuat diduga terlibat dalam jaringan bisnis haram ini. Untuk mengakhirinya, subsidi BBM harus dicabut?
Bisnis penyelundupan BBM seakan punya ilmu "rawa rontek"ajian andalan Rah-wana yang membuatnya tak bisa mati. Gencarnya pembe-ritaan media massa hanya membuat mereka tiarap seje-nak. Setelah keadaan tenang, aksi pengiriman emas hitam ke luar negeri kembali marak. Padahal, penyelundupan BBM ditengarai merugikan negara triliunan rupiah. Beking kuat diduga terlibat dalam jaringan bisnis haram ini. Untuk mengakhirinya, subsidi BBM harus dicabut?
Baca Selengkapnya
Edisi Minggu, 21 Mei 2000
Kejaksaan Agung belum melangkah lagi setelah menahan Mohamad ”Bob” Hasan, akhir Maret lalu. Padahal, di luar Bob, tim investigasi Departemen Kehutanan dan Perkebunan menyodorkan pula sejumlah nama konglomerat dan mantan pejabat. Sepak terjang mereka diduga membuat negara merugi puluhan triliun rupiah selama hampir tiga dasawarsa. Ironisnya, sampai kini, belum pernah ada seorang pun yang dihukum atas kerugian negara sebesar itu. Usaha investigasi pelan-pelan dimulai. Tapi menemukan bukti—dan meyakinkan temuan bukti kepada Kejaksaan Agung, misalnya Tommy Soeharto dalam kasus Gatari—memang bukan perkara mudah. Upaya menelisik kolusi, korupsi, dan nepotisme di Dephutbun ibarat melangkah dalam labirin remang-remang. Penuh kompleksitas dan tanda tanya. Sebuah ”labirin” yang juga dihadapi Tim Investigasi TEMPO tatkala menuliskan laporan ini.
Kejaksaan Agung belum melangkah lagi setelah menahan Mohamad ”Bob” Hasan, akhir Maret lalu. Padahal, di luar Bob, tim investigasi Departemen Kehutanan dan Perkebunan menyodorkan pula sejumlah nama konglomerat dan mantan pejabat. Sepak terjang mereka diduga membuat negara merugi puluhan triliun rupiah selama hampir tiga dasawarsa. Ironisnya, sampai kini, belum pernah ada seorang pun yang dihukum atas kerugian negara sebesar itu. Usaha investigasi pelan-pelan dimulai. Tapi menemukan bukti—dan meyakinkan temuan bukti kepada Kejaksaan Agung, misalnya Tommy Soeharto dalam kasus Gatari—memang bukan perkara mudah. Upaya menelisik kolusi, korupsi, dan nepotisme di Dephutbun ibarat melangkah dalam labirin remang-remang. Penuh kompleksitas dan tanda tanya. Sebuah ”labirin” yang juga dihadapi Tim Investigasi TEMPO tatkala menuliskan laporan ini.