Edisi Minggu, 18 Juni 2000
Sebuah rutinitas baru kini melanda hidup Thom Beanal: mengangkat telepon genggamnya saban beberapa menit. Melalui telepon merek Nokia berwarna merah itu, ia melayani permintaan dan pertanyaan dari segala penjuru: wartawan yang ingin mewawancarai, tokoh Papua perantauan yang ingin bertemu, warga masyarakat yang mau menyampaikan isi hati, pemuka adat, pejabat pemerintah, polisi, mahasiswa, dan entah siapa lagi. Dering telepon itu kian menjadi-jadi, selama Kongres Rakyat Papua (31 Mei-4 Juni 2000)berlangsung di Jayapura.
Sebuah rutinitas baru kini melanda hidup Thom Beanal: mengangkat telepon genggamnya saban beberapa menit. Melalui telepon merek Nokia berwarna merah itu, ia melayani permintaan dan pertanyaan dari segala penjuru: wartawan yang ingin mewawancarai, tokoh Papua perantauan yang ingin bertemu, warga masyarakat yang mau menyampaikan isi hati, pemuka adat, pejabat pemerintah, polisi, mahasiswa, dan entah siapa lagi. Dering telepon itu kian menjadi-jadi, selama Kongres Rakyat Papua (31 Mei-4 Juni 2000)berlangsung di Jayapura.
Baca Selengkapnya
Wawancara di Edisi Lainnya
Edisi Minggu, 11 Juni 2000
Ditopang kruk, Sumitro Djojohadikusumo melangkah tertatih-tatih ke Ruang Yudhistira Gedung Patra Jasa, di kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Ekonom berusia 83 tahun itu meninggalkan kediamannya yang nyaman di Pondok Indah, Kebayoran Baru, selepas petang Kamis lalu. Memadukan setelannya yang rapi, ia bahkan terpaksa cuma berkaus kakitanpa sepatuuntuk memudahkan kakinya melangkah. Sang Begawan Ekonomi rupanya rela berpenat-penat memberi selamat kepada yuniornya yang malam itu genap berusia 70 tahun: Emil Salim.
Ditopang kruk, Sumitro Djojohadikusumo melangkah tertatih-tatih ke Ruang Yudhistira Gedung Patra Jasa, di kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Ekonom berusia 83 tahun itu meninggalkan kediamannya yang nyaman di Pondok Indah, Kebayoran Baru, selepas petang Kamis lalu. Memadukan setelannya yang rapi, ia bahkan terpaksa cuma berkaus kakitanpa sepatuuntuk memudahkan kakinya melangkah. Sang Begawan Ekonomi rupanya rela berpenat-penat memberi selamat kepada yuniornya yang malam itu genap berusia 70 tahun: Emil Salim.
Baca Selengkapnya
Edisi Minggu, 4 Juni 2000
PEKAN lalu, Daniel Sol Lev kembali ke Amerikasetelah singgah di Singapura beberapa hari. Sebelum itu, selama dua pekan ia berkeliling Surabaya, Jakarta, Yogya, dan Semarang, untuk berbicara dalam beberapa diskusi terbatas tentang pengembalian citra lembaga hukum dan peradilan Indonesia, yang kini sudah porak-poranda. Kembali ke Indonesianegara yang entah sudah berapa kali dia kunjungibagi Dan Lev, sebutan akrabnya, ibarat perjalanan pulang kampung ke sebuah tanah yang dikenalnya sejak jauh di tahun 1959.
PEKAN lalu, Daniel Sol Lev kembali ke Amerikasetelah singgah di Singapura beberapa hari. Sebelum itu, selama dua pekan ia berkeliling Surabaya, Jakarta, Yogya, dan Semarang, untuk berbicara dalam beberapa diskusi terbatas tentang pengembalian citra lembaga hukum dan peradilan Indonesia, yang kini sudah porak-poranda. Kembali ke Indonesianegara yang entah sudah berapa kali dia kunjungibagi Dan Lev, sebutan akrabnya, ibarat perjalanan pulang kampung ke sebuah tanah yang dikenalnya sejak jauh di tahun 1959.