FAO Dukung Pengembangan Budidaya Perairan Berkelanjutan

Budidaya untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan di laut, khususnya jenis ikan tertentu. #Infotempo

Iklan

Sabtu, 3 September 2022

Badan Pangan Dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) mendukung program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam pengembangan budidaya berkelanjutan ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan. Kegiatan tersebut juga untuk meningkatkan produksi perikanan nasional.

FAO menilai program Kementerian akan berkontribusi pada ketahanan pangan global yang diprediksi terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.

Menteri Kelautan dan Perikanan Trenggono mengatakan salah satu dari strategi Ekonomi Biru KKP adalah pengembangan budidaya ramah lingkungan. “Khususnya untuk komoditas udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan ikan-ikan dengan nilai ekonomi tinggi seperti kerapu dan kakap," ujarnya dalam pertemuan bilateral dengan Dirjen FAO Qu Dongyu di Roma, Italia, Senin, 5 September 2022, waktu setempat.

Kebijakan budidaya berkelanjutan ini, kata Trenggono, bertujuan untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan di laut, terutama untuk jenis-jenis ikan tertentu. Dengan demikian nelayan tidak lagi bergantung pada hasil tangkapan sebagai satu-satunya sumber penghasilan, dan populasi ikan di laut tetap terjaga.

Untuk memperkuat kebijakan budidaya berkelanjutan, Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendorong penggunaan pakan yang tidak merusak lingkungan dan menggantinya dengan bahan baku nabati. Contoh yang telah dilakukan adalah menggunakan magot sebagai bahan baku pakan.

"Inovasi terus kami lakukan untuk menghadirkan pakan yang ramah lingkungan. Ini sangat penting karena bahan baku pakan saat ini sebagian besar masih bergantung pada hasil laut, sementara tujuan mengembangkan budidaya di antaranya untuk mengurangi tangkapan di laut," ujarnya.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP, TB Haeru Rahayu, mengatakan dari pengembangan budidaya berkelanjutan tersebut ditargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada 2024. Hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan udang dalam negeri serta pasar global.

"Khusus udang, strategi kami untuk meningkatkan produksi dimulai dari melakukan evaluasi tambak yang ada. Kemudian melakukan revitalisasi tambak tradisional, dan membangun tambak udang modelling berbasis kawasan. Saat ini semuanya sedang berjalan," kata TB Haeru.

Adapun FAO Qu Dongyu, mengapresiasi langkah strategis Indonesia mengembangkan budidaya berkelanjutan. Indonesia sebagai negara kepulauan, menurutnya memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar, begitu juga dengan potensi sumber daya manusianya. 

Menurut Qu, budidaya menjadi masa depan sektor perikanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan juga ketahanan pangan lokal maupun global. FAO memprediksi kebutuhan protein dunia akan meningkat hingga 70 persen pada 2050 seiring bertambahnya populasi manusia.

"Mari bahas lebih lanjut khususnya mengenai budidaya. Isu kelautan sangat luas, tapi budidaya adalah yang utama di sektor perikanan. FAO juga fokus pada aspek ekonomi, dan budidaya utamanya," ungkap Qu.

Sebagai informasi, kunjungan Menteri Trenggono ke Roma, Italia dalam rangka menghadiri sidang Committee on Fisheries (COFI) ke-35 yang diselenggarakan oleh Badan Pangan Dunia pada 5 sampai 9 September 2022. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Trenggono menjadi ketua delegasi Indonesia.

Berita Lainnya