Teror Putu Wijaya
TUBUH seorang pengacara muda ditusuk. Ia dibebat bendera berwarna putih. Darah muncrat. Orang-orang menghujani badannya dengan batu. Seonggok mayat pemuda itu berbicara kepada pengacara tua yang juga ayahnya. "Aku putramu satu-satunya ini diculik, disiksa, dan baru dikembalikan sesudah jadi mayat," kata Taksu Wijaya. Lantunan biola menyayat mengiringi tangis sesenggukan Putu Wijaya. Taksu bersimpuh di kedua kaki ayahnya yang duduk di kursi roda. Ia
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini