maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke [email protected].

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Tahun Ujian Ketahanan

Meski inflasi global berkurang, bukan berarti Indonesia tak berhadapan dengan tantangan. Angka pelarian modal makin tinggi.

arsip tempo : 172822871815.

Ilustrasi Imam Yunianto. tempo : 172822871815.

TAHUN berganti, ekonomi Indonesia akan langsung menghadapi berbagai tantangan yang sudah menanti. Resesi ekonomi dunia sepertinya tak bisa terelakkan. Bibit persoalannya tersemai sejak tahun lalu: inflasi. Di negara-negara maju, inflasi bahkan mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Bank-bank sentral harus mengerek suku bunga tinggi-tinggi. Ekonomi pun terjerat resesi.

Sebetulnya ada pertanda inflasi global mulai mereda. Teorinya, karena ekonomi dunia 2023 akan melambat, bahkan tumbuh negatif, permintaan berbagai barang berkurang. Ekonomi global juga sudah mulai beradaptasi mengatasi gangguan rantai pasokan energi ataupun bahan pangan karena perang Rusia-Ukraina. Kombinasi berbagai faktor itu akan membuat harga komoditas pangan dan energi mulai menurun.

Pada akhir 2022, melunaknya inflasi sudah mulai terasa di berbagai negara Eropa. Inggris, Jerman, dan Prancis mencatat tingkat inflasi lebih rendah. Harga energi tak bergejolak karena musim dingin tahun ini diprediksi tak terlalu ekstrem. Walhasil, harga gas dan harga minyak tetap tenang saja. Harga minyak mentah Brent, patokan di pasar internasional, malah melorot ke bawah US$ 80 per barel pada pekan pertama 2023.

Meski kegentingan inflasi global agak berkurang, bukan berarti tantangan bagi Indonesia di 2023 menjadi lebih ringan. Soal inflasi, misalnya. Karena faktor musiman, pada akhir 2022 tingkat inflasi di Indonesia justru naik. Ada dorongan dari naiknya permintaan konsumen karena libur Natal dan tahun baru. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi tahunan 2022 sebesar 5,51 persen. Inilah laju inflasi tahunan tertinggi semenjak 2014.

Seusai masa liburan, angka inflasi biasanya turun. Namun pada awal tahun ini situasi bisa berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat mengubah pola inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Salah satunya tingginya harga beras. Tarik-ulur kebijakan yang berbuah kelambanan impor membuat harga beras di Januari ini terus menanjak, meski pasokan beras impor sudah mulai berdatangan. Patut dicatat, harga beras berperan cukup besar dalam penghitungan inflasi di Indonesia.

Selain harga beras, ada hal positif yang bisa menambah tekanan inflasi. Keputusan pemerintah mengakhiri pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akan mendorong aktivitas ekonomi lebih cepat. Dari sini muncul kenaikan permintaan berbagai barang dan jasa yang juga bisa mendorong inflasi lebih tinggi.

Selain naiknya tekanan inflasi, ekonomi Indonesia masih harus terpapar risiko pelarian modal karena suku bunga di luar negeri bertahan tinggi. Meski ada gelagat inflasi global mulai mereda, bank-bank sentral utama dunia, The Federal Reserve misalnya, belum akan segera menurunkan bunga. Notulen rapat The Fed Desember lalu memberikan petunjuk yang jelas: suku bunga tidak akan segera turun, bahkan sampai paruh pertama 2023.

Tingginya suku bunga dan ketatnya likuiditas dolar di pasar global, yang berlangsung sejak tahun lalu, akan terus mendorong perpindahan dana ke luar negeri. Dolar milik investor asing ataupun devisa hasil ekspor milik para taipan Indonesia akan terbang mencari imbal hasil yang lebih baik. Makin banyak dolar yang mengalir keluar, makin besar tekanan pada kurs rupiah.

Pada gilirannya, untuk menahan kaburnya modal ke luar negeri, Bank Indonesia harus terus menaikkan suku bunga rujukannya. Kenaikan ini, cepat atau lambat, akan merambat ke berbagai jenis bunga bank. Biaya modal akan naik. Berbagai bisnis yang penjualannya bergantung pada kredit bank akan terpengaruh. Ujung-ujungnya, pertumbuhan ekonomi bakal melambat.

Ada satu lagi tantangan yang tak kalah berat. Meredanya inflasi global juga bisa berdampak negatif bagi ekonomi Indonesia. Jika harga komoditas energi dan pangan merosot, harga berbagai komoditas ekspor Indonesia tentu akan terpengaruh. Pendapatan ekspor Indonesia bisa turun dan surplus perdagangan mengerut. Masalahnya, hampir semua solusi atas tantangan-tantangan itu di luar kendali kita. Gejolak ekonomi dunia 2023 akan benar-benar menguji ketahanan dan keberuntungan Indonesia.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 6 Oktober 2024

  • 29 September 2024

  • 22 September 2024

  • 15 September 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan