Putu Wijaya di Mana-mana
SUASANA panggung begitu mencekam. Gelap dan sepi. Di sekelilingnya, tampak titik-titik cahaya dari puluhan dupa menyala yang terpasang di dahan pohon-pohon jepun. Asapnya yang harum beterbangan di atas panggung 5 x 4 meter itu. Tak lama berselang, muncul seorang pria. Dia berdiri tegak, lalu memecah keheningan dengan suaranya yang lantang. "Ketika tangan dan kakiku lumpuh, dan tubuhku tak mampu lagi melontarkan seluruh kobaran batin yang bergelora
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini