Siklus Nyoman Erawan
Lelaki itu bertelanjang dada. Tubuhnya dibebat kain putih, yang mengikat ranting-ranting bambu di punggungnya. Ia berjalan layaknya pendeta yang bermeditasi dengan membunyikan sebuah genta. Dia terus berjalan, tak menghiraukan kerumunan yang terbelah saat ia lewat.
Lalu perupa kelahiran Sukawati, Gianyar, Bali, pada 27 Mei 1958 itu masuk ke kolam sedalam tumit kaki, mendekati sebuah gong kecil dan membunyikannya. Ia memukul, menggesek, dan menyo
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini