Sayup-sayup Suara Tayub
Memamerkan lenggak-lenggok penari ayu, dulu tayub pernah berjaya di telatah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sambil mabuk, para lelaki selalu berebut jadi pengibing, menari bersama si ledek. Begitu ketiban sampur, mereka dengan murah hati merogoh duit buat penari. Segala hajatan, dari sunatan, penikahan, sampai sedekah bumi, selalu diramaikan dengan tayub. Kini? Kesenian ini mulai mati di banyak daerah. Hanya sesekali suaranya terdengar sayup-sayup dari kampung terpencil. Di Blora dan Pati, masih banyak penggemar tayub, tapi para ledek-nya mesti pintar pula melantunkan lagu campur sari dan dangdut.
UDARA kemarau di Desa Kemiri, Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, terasa memanggang. Namun sengatan panas matahari tak menyurutkan langkah warga untuk berduyun-duyun datang ke balai desa. Sekitar 500 orang tumplek di sana, pada suatu siang dua pekan lalu, untuk menyaksikan upacara sedekah bumi sebagai rasa syukur atas keberhasilan panen tahun ini. Keriuhan penonton dan orang berjualan yang bertabrakan dengan bunyi gamelan membuat desa terse
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini