100 tahun Expo yang Terlupakan
Koloniale Tentoonstelling dimotori oleh Oei Tiong Ham, taipan Semarang yang dikenal sebagai raja gula Asia. Sebagian paviliun yang menjadi stan pameran dirancang arsitek pribumi Mas Aboekassan Atmodirono. Namun expo itu diprotes oleh Ki Hadjar Dewantara hingga membuat ia menulis artikel yang terkenal: "Seandainya Aku Seorang Belanda".
Tempo menelusuri jejak pameran dagang akbar yang "kontroversial" dan nyaris terlupakan tersebut serta menyajikan kisah sang taipan dan arsitek di belakangnya.
PAPAN bertulisan "Koloniale Tentoonstelling 1914" tergantung tepat di bawah lengkungan gapura raksasa dari rangkaian baja. Di kanan-kiri gapura, menjulang empat menara lengkap dengan lampu penerang menggantung. Gapura menyatu dengan dua baris gedung bergaya Eropa. Pada malam hari, menara menyala seperti mercusuar di tepi laut. Itulah salah satu pintu masuk perhelatan Koloniale Tentoonstelling.
Seratus tahun lalu-tepatnya pada 1914-sebuah pameran
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini