Bari Gana’a Tano Niha
JANGGUTNYA lebat. Murah senyum. Tubuhnya yang tegap hampir menyentuh kusen pintu setinggi dua meter. Dari bola matanya yang cokelat, terpancar sinar keteduhan. Tutur katanya lembut, bahasa Indonesianya tertata rapi.
”Ya’ahowu!” Ia menyapa dengan salam khas Nias ketika Tempo menemuinya di Museum Pusaka Nias di Jalan Yos Sudarso, Gunung Sitoli, bulan lalu.
Sambil tersenyum, ia meraih notes Tempo dan menuliskan namanya, P. Johannes M. Hämme
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini