Lupus dan Roy
Hilman Hariwijaya adalah aset negeri ini. Lupus versi buku dan film sama larisnya.
DI pasar sebuah kota kecil di Nusa Tenggara Barat, sekitar 1987, ransel kuletakkan di tanah. Di depanku berjejer koran dan majalah, termasuk majalah HAI. Serial Lupus karangan Hilman Hariwijaya masih merajai. Di dalam hati kubulatkan tekad, serial berikutnya adalah karyaku yang sedang kutulis dalam perjalanan. Itu mimpi yang terus kurawat.
Setahun kemudian, April 1988, aku bertemu dengan Hilman di redaksi HAI, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pus
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini