Pak Zahid dari Kampung Kwitang
Gaya menulis Alwi Shahab seperti orang bercerita. Di tangannya, sejarah menjadi mengasyikkan tanpa kehilangan keseriusan.
ALWI Shahab. Di matanya, profesi wartawan-penulis tak ubahnya dukun beranak, dukun patah tulang, penepuk marawis yang mengarak pengantin atau anak lelaki yang baru saja disunat, atau tukang cerita dalam masyarakat tradisional. Dengan kata lain, penulis seperti dia bukanlah sosok luar biasa yang pantas dinilai menurut ukuran orang kebanyakan.
“Alwi memang rendah hati,” kata Bagir Assegaf, 74 tahun, kawan lama yang melewati masa remaja
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini