Sejarah Mati di Kampung Kami
TAK terbayangkan: rumah itu kini musnah! Sebulan lalu saya masih bisa tidur nyenyak di lotengnya. Kini tinggal selembar dinding beton menuding langit. Gentengnya terbang entah ke mana. Tingkap di lantai atas tak lagi berdaun. Kusen pintu meregang. Di ruang tamu, kursi-kursi jungkir balik berselimut lumpur legam. Satu pot keramik Cina warisan keluarga hancur berkeping.
Di pekarangan, tak ada lagi taman kesayangan ibu. Bunga suplir, anyelir,
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini