Yang Sipit, yang Belok, di Surakarta
BELASAN orang asyik main game-lan pada sebuah Jumat ma-lam. Kalau ada yang nadanya fals, yang lain langsung menyin-dir. ”Lho, kok, nadane mblero (fals)? Yang lain menja-wab, ”Wah, inggih, nu-wun sewu. Ngantuk sajake (maaf, mung-kin sudah me-ngantuk).” Seketi-ka ruangan itu me-riah oleh gelak tawa.
Gedung Gajah, tempat gamelan dimainkan, penuh ornamen Tionghoa. Para pemain datang dari beragam kelompok etnis, terutama Jawa dan Tiong-hoa. Mer
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini