LIMA tahun silam, Jakarta luluh-lantak dipanggang rusuh. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat 1.200 orang mati terbakar, 8.500 bangunan dan kendaraan koyak-moyak, serta 90 lebih wanita Tionghoa diperkosa dan dilecehkan.
Kini, lima tahun kemudian, investigasi TEMPO menemukan seorang perempuan korban pemerkosaan yang telah hilang ingatan. Adapun sejumlah yang lain, menurut kesaksian para dokter dan relawan, telah melahirkan bayinya atau terpaksa menggugurkan kandungannya.
Kesimpulan Tim Gabungan kian dikukuhkan. Amuk massa itu tidaklah meletup begitu saja. Kepada majalah ini, seorang perwira militer membuka kesaksian yang lama menjadi mimpi buruknya. Lalu apa kata Wiranto dan Prabowo? Ikuti wawancara kedua jenderal ini, yang mengungkap apa yang terjadi setelah lima tahun; dan temuan-temuan baru tim investigasi TEMPO.
NAMANYA Eng Liong Woen. Suatu hari lima tahun silam, dia memacu sepeda motor dengan hati galau. Sore itu langit Jakarta diselimuti asap hitam. Sepanjang jalan, dari Glodok ke arah Senen, api telah melalap gedung pertokoan. Sejumlah mobil melintang di jalan, ringsek hangus seperti arang. Batu bercampur pecahan kaca berantakan di aspal. Hari itu, 14 Mei 1998, huru-hara menelan Ibu Kota. Tujuan Eng Liong satu: selekas mungkin tiba di rumahnya di
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.