Mendesain Pemerintahan Efektif, Efisien, dan Kolaboratif
Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Zudan Arif Fakrulloh punya cara tersendiri membangun daerah.
Setiap pekerjaan harus ada keberhasilan yang dinikmati baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Itulah yang ditanamkan Zudan Arif Fakrulloh di dalam dirinya saat mengemban amanah dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Zudan dipercaya menjadi penjabat (pj) untuk menjalankan tugas dan wewenang kepala daerah saat terjadi kekosongan posisi kepala daerah atau wakil kepala daerah.
Tercatat, dia telah diamanahkan menjadi Penjabat Gubernur Gorontalo (Oktober 2016 - Mei 2017), Sulawesi Barat (Mei 2023 – Mei 2024), dan kini memimpin Sulawesi Selatan (Sulsel). “Kepemimpinan yang berhasil itu harus memberi manfaat dan bisa dinikmati masyarakat dalam jangka pendek, menengah, dan panjang,” kata Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan itu.
Keberhasilannya dalam memimpin kemudian membawanya menerima penghargaan Apresiasi Kinerja Penjabat Kepala Daerah 2024 dari Kementerian Dalam Negeri bekerjasama dengan Tempo Media pada Jumat, 30 Agustus 2024. Apresiasi yang ditorehkan Zudan, meliputi keberhasilan mensejahterakan rakyat, menangani kemiskinan ekstrem dan stunting, serta menyediakan pelayanan publik dengan fiskal rendah di Sulawesi Barat.
Kemampuan fiskal rendah, kata Zudan, artinya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sangat tergantung transfer dari pusat. APBD Sulawesi Barat sebesar Rp 2 Triliun untuk dimanfaatkan enam kabupaten dengan 1,5 juta penduduk.
“Maka ketika saya menjabat, kuncinya pemerintahan harus bekerja secara efektif dan efisien,” ungkap Zudan membuka rahasia suksesnya. Efektif dan efisien yang dimaksud adalah semua program yang menggunakan APBD harus berfokus kepada masyarakat dan berdampak langsung. Zudan mengajak organisasi perangkat daerah (OPD) untuk duduk bersama. “Kami membahas masalah rakyat, kemudian mencari solusi.”
Contohnya masalah stunting. Dalam waktu satu tahun, ia bersama OPD bekerja keras menekan angka stunting 4,7 persen. Sebelumnya stunting di provinsi ini sebesar 35 persen pada 2022 dan berhasil turun menjadi 30,3 persen pada 2023. Salah satu strategi yang diterapkan adalah memfokuskan anggaran untuk penanganan stunting dan memastikan anggaran menyentuh masyarakat. Sehingga Zudan menekan anggaran untuk rapat agar lebih efektif dan efisien.
“Kalau rapat dan pengecekan ke lapangan biayanya mahal, maka rapat lewat zoom,” kata Zudan. Kemudian di setiap Senin disajikan paparan bagaimana menerapkan strategi manajemen pemerintah sederhana, yaitu plan do check. Guru Besar bidang Ilmu Lembaga dan Pranata Hukum ini menyatakan, ketika mengemban amanat menjadi penjabat, dirinya hanya memiliki waktu yang singkat untuk membangun daerah. Oleh karena itu, dia menyarankan agar para penjabat tidak hanya membuat strategi jangka panjang, tetapi juga jangka pendek.
Zudan memulainya dengan memperbaiki tata kelola di dalam pemerintahannya. “Tata kelola kita benahi dulu, kita perkuat, lama kelamaan menjadi trusted government.” Saat memimpin, Ia memastikan gaji aparatur sipil negara (ASN) diperoleh tepat waktu. Hal itu akan membuat ASN bergairah kerja karena ada kepastian. Zudan juga memastikan masyarakat mendapatkan kepastian pelayanan dan perizinan.
Sulbar, lanjut Zudan, memiliki kegiatan unggulan yang kini mereka implementasikan. Diantaranya program Toilet Bersih (Tolsih), 1.000 beasiswa, pembukaan akses jalan, pekan inovasi, dan pengadaan lahan untuk pelayanan publik. “Mudah- mudahan apa yang sudah saya lakukan ini dilanjutkan oleh pejabat setelah saya, karena pemerintahan harus berkelanjutan,” ucap dia.
Menurut dia, terminal keberhasilan jangka pendek harus dicapai karena akan melahirkan kepercayaan baik kepada pemerintah dan masyarakat. Zudan pun akan menerapkan kembali strateginya di Provinsi Sulawesi Selatan selaku penjabat gubernur di sana.