maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Mewujudkan Visi Indonesia Emas di Sumba Barat Daya

Bupati Kornelius melakukan terobosan percepatan pembangunan kebutuhan dasar masyarakat, yakni listrik, air bersih, dan pangan.

arsip tempo : 172659577372.

Bupati Sumba Barat Daya, Kornelius Kodi Mete bersalaman dengan warga. tempo : 172659577372.

Bupati Sumba Barat Daya, Kornelius Kodi Mete, punya cerita menarik ketika baru menjabat sebagai orang nomor satu di daerahnya. Kebutuhan dasar masyarakat seperti listrik, air dan pangan sangat minim. Masih banyak desa di Sumba Barat Daya gelap tanpa penerangan di malam hari. 

Tak butuh lama, Kornelius langsung tancap gas. Kebutuhan dasar masyarakat segera dipenuhi karena merupakan amanat Undang-undang Dasar 1945. Sarana dan prasarana dasar dibangun. Jaringan listrik dibangun sampai masuk ke pelosok desa. 

Hasilnya tingkat elektrifikasi atau ketersambungan aliran listrik masyarakat di Sumba Barat Daya kini sudah mencapai 70 poersen. “Sudah bercahaya, meski belum semuanya terjangkau," kata Kornelius.

Penyediaan air bersih juga dikebut. Program desa berair yang digagas Kornelius memberikan banyak manfaat dengan tersedianya air bersih. "Sehingga masyarakat dan anak-anak yang dahulu kurang memperhatikan kebersihan diri akhirnya dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) lewat tersedianya sumber air bersih," ujarnya.

Sedangkan program desa berkecukupan pangan digagas Kornelius karena banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan karena kurangnya bibit. Kini banyak lahan yang sudah mulai digarap oleh masyarakat untuk menanam berbagai bahan pangan seperti jagung, padi, buah dan sayur.

"Ekonomi masyarakat yang semakin meningkat dapat dilihat dengan banyaknya aset masyarakat berupa kendaraan yang semakin padat dan dibarengi dengan konsumsi BBM yang meningkat di Kabupaten Sumba Barat Daya," kata Kornelius.

Memimpin Kabupaten Sumba Barat periode 2019-2024, Kornelius mengeluarkan Program Tujuh Jembatan Emas. Pertama, desa bercahaya untuk meningkatkan ketersediaan listrik di rumah-rumah masyarakat. Kedua, desa berair untuk meningkatkan ketersediaan air sebagai sumber kehidupan makhluk hidup. 

Ketiga, desa berkecukupan pangan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas hasil pangan. Keempat, desa aman dan tentram yaitu dengan melibatkan unsur keamanan seperti Polri dan TNI dan masyarakat agar dapat menjaga keamanan dan ketertiban di Sumba Barat Daya. 

Kelima, desa pintar yaitu dengan memperkuat fasilitas sekolah sebagai sarana pendidikan sehingga anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Keenam, desa sehat guna meningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan masyarakat. Ketujuh, desa wisata dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi wisata budaya dan alam di Sumba Barat Daya.

"Program Tujuh Jembatan Emas dan kerja cerdas maka akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan tentu pastinya akan terwujud negara yang berdaulat, maju dan berkelanjutan sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045," ujar Konelius. 

Kornelius membayangkan Indonesia Emas 2045, khususnya untuk Sumba Barat Daya agar tidak ada lagi kemiskinan, stunting dan penyakit kronis lainnya. "Munculnya SDM berkualitas yang mampu bekerja cerdas menciptakan inovasi dan kreativitas, sehingga sebagai contoh dalam bidang pertanian diharapkan adanya mandiri bibit dan mandiri pangan dalam kehidupan masyarakat," ucapnya.

Meski, dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 di Sumba Barat Daya, Kornelius memiliki beberapa tantangan, yakni kualitas sumber daya manusia, infrastruktur, dan hilirisasi hasil kerja. Karena itu, Kornelius melanjutkan, diharapkan keluarga muda mampu merencanakan keluarga dengan baik lewat program keluarga berencana, sehingga dapat memberikan pendidikan yang baik dari dalam keluarga sebelum memasuki usia sekolah. "Setelah memasuki usia sekolah diharapkan sekolah terutama dari faktor tenaga pendidik mampu menjadi contoh bagi anak-anak didiknya," ujarnya.

Kemudian untuk infrastruktur yang kurang memadai, Kornelius berharap pada kepemimpinan berikutnya dapat meningkatkan infrastruktur yang baik di area-area produksi yang memiliki potensi baik itu wisata maupun potensi mobilisasi ekonomi masyarakat. Terkait kurangnya hilirisasi pada hasil kerja masyarakat, dia meminta masyarakat melakukan inovasi dan kreativitas baik secara individu maupun kelompok agar dapat menjadikan bahan mentah dan bahan pangan lainnya menjadi makanan khas daerah yang lebih tinggi nilai ekonominya.

"Di bidang pariwisata dan pertanian, kami telah melakukan terobosan dan memberikan kontribusi nyata, yakni dengan adanya cadangan pangan masyarakat yang belum dipanen karena pangan di rumahnya masih cukup," kata dia.

Kornelius juga berharap kepada siapa saja yang nantinya akan memimpin Kabupaten Sumba Barat Daya dapat melanjutkan pemenuhan kebutuhan dasar yang menjadi kunci untuk pembangunan daerah ke depan. Dia juga berharap pemimpin ke depan memiliki inovasi dan kreativitas untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan.

Kemudian, pemimpin yang hidup secara natural atau apa adanya agar dapat menciptakan kedamaian dan ketenteraman dalam hati, sehingga dapat mewujudkan Indonesia emas di Kabupaten Sumba Barat Daya dan tana marapu dapat terus dijaga. "Saya berharap kita sekalian diberikan umur panjang sehingga kita dapat menghantarkan generasi muda menjadi generasi emas yang mampu membangun dan membanggakan Indonesia di tahun 2045," ujar Kornelius.

Adapun tradisi budaya seperti Marapu, Pasola, dan cium hidung yang ada di Sumba Barat Daya, Kornelius berharap tidak boleh hilang. Karena itu, pemerintah harus hadir untuk melestarikannya. “Tentu aliran Marapu harus kita jaga bersama-sama dan kami sudah dorong supaya pendidikan tentang ini harus terjadi di ruang kelas formal,” kata dia.

Kornelius menjelaskan, Pasola adalah pesta budaya dari dua kubu berbeda yakni Utara dan Selatan, dan diatur menurut kampung adat. “Mereka saling lempar lembing kalau ada luka atau mati tidak ada yang proses hukum, tapi waktu pestanya kami dorong agar seluruh komponen untuk hadir agar mengamankan yang nonton agar tidak ada korban dan pesta ini sungguh-sungguh bagus, damai, dan asik untuk ditonton,” ujarnya.

Kornelius mengatakan, menurut kata orang di dunia, Sumba Barat Daya memiliki masyarakat yang aman dan keindahan alam. Karena itu, Kornelius melanjutkan, keindahan Sumba Barat Daya tidak boleh hanya dinikmati masyarakatnya saja.

“Kami mengundang warga dunia untuk menikmatinya, hadirlah di Sumba Barat Daya, slogan kami Loda Wee Maringi Pada Wee Malala, artinya tanah air laut dan udara yang terberkati dan semua orang damai di sana,” kata Kornelius.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 15 September 2024

  • 8 September 2024

  • 1 September 2024

  • 25 Agustus 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan