maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke [email protected].

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Simalungun Maju Dengan Marharoan Bolon

Simbol kebersamaan orang Simalungun sebagai sumber motivasi dalam merawat interaksi sosial dan pergaulan. 

arsip tempo : 173078062077.

Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga, bersalaman bersama warganya.. tempo : 173078062077.

Bupati Simalungan, Radiapoh Hasiholan Sinaga, menggunakan istilah marharoan bolon sebagai harapan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki infrastruktur dan mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai program dan kebijakan untuk mencapai tujuan besar.

Radiapoh menjelaskan esensi dari marharoan bolon adalah kebersamaan dan bergotong royong membangun Kabupaten Simalungun. Hasilnya dinikmati bersama, seperti pelayanan publik. “Esensi dari marharoan bolon itu bekerja sama seluruh elemen membangun Kabupaten Simalungun,” ujarnya di Nagori Tano Tinggir, Kecamatan Purba, Simalungun, Senin, 5 Agustus 2024.

Marharoan Bolon merupakan istilah yang sering digunakan dalam konteks budaya Batak, termasuk di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Istilah ini biasanya mencerminkan harapan besar atau cita-cita tinggi.

Radiapoh mengatakan marharoan bolon untuk menggambarkan visi dan misi Kabupaten Simalungan. Hal ini bisa mencakup harapan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki infrastruktur, dan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Program-program berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial bertujuan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

Menurut Radiaoh nilai gotong royong yang mengakar kuat di masyarakat melalui marharoan bolon dapat  membantu program pembangunan. “Meski dalam kehidupan yang semakin modern dan kompleks, warisan leluhur marharoan bolon harus tetap dilanjutkan untuk mencapai tujuan bersama,” ujarnya.

Salah satu kebersamaan dan gotong royong adalah memperbaiki jalan. Data Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Simalungun mencatatpajang ruas jalan kabupaten 1.803,78 kilometer dengan kondisi sangat memprihatinkan atau rusak parah dan sangat sulit dilalui kendaraan. Keterbatasan anggaran, membuat Radiapoh melakukan marharoan bolon dalam pelaksanaan perbaikan jalan.

“Jadi melalui swadaya masyarakat, bekerjasama dengan perusahaan yang ada di Kabupaten Simalungun dan juga dengan masyarakat Simalungun yang telah berhasil di perantauan,” kata dia.

Radiapoh kemudian menamakan program ini Gerakan Marhaoan Bolon Membangun Simalungun. Program ini difokuskan untuk menanggulangi kerusakan infrastruktur jalan di wilayah Kabupaten Simalungun melalui swadaya. “Hal ini mendapat respon positif dari masyarakat untuk melaksanakan Program Gerakan Marharon Bolon Membangun Simalungun,” ucapnya.

Radiapoh menjelaskan, program Gerakan Marharoan Bolon Membangun Simalungun dilaksanakan swadaya berupa, bahan material seperti pasir, batu, sirtu dan bahannya lainnya.

Kemudian fasilitas sarana mesin, tenaga kerja sukarela, bantuan dana corporate social responsibility yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan mekanisme internal pelaku usaha.

“Gerakan ini mendorong bangkitnya rasa empati masyarakat, lembaga kemitraan, para pengusaha dan berbagai masyarakat untuk membantu Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam merealisasikan ruas jalan dalam kondisi rusak parah,” ujarnya.

Partisipasi masyarakat yang luar biasa dalam perbaikan jalan rusak. Radiapoh menegaskan capaian dan hasil evaluasi kerja realisasi Gerakan Marharoan Bolon Membangun Simalungun lebih membuka hati seluruh masyarakat yang ada di bumi habonaron do bona dan perantauan.

Para pengusaha juga membantu dengan membangun Kabupaten Simalungun lebih maju, lebih baik dan rakyatnya sejahtera.

“Dampak dari program Gerakan Marharoan Bolon Membangun Simalungun sungguh luar biasa. Yang paling dirasakan adalah naluri peduli masyaraat terhadap kondisi Kabupaten Simalungun yang minim anggaran,” kata Radiapoh.

Rasa peduli itu menggerakkan semangat bagi lapisan masyarakat untuk memberikan waktu dan pemikiran, bahkan barang dan dana untuk disumbangkan dalam program perbaikan jalan. Radiapoh mencatat sumbangan masyarakat jika dikonversi ke rupiah sekitar Rp3 miliar dengan panjang yang diperbaiki 162,5 kilometer.

Jalan yang telah diperbaiki membuat arus distribusi hasil pertanian menjadi cepat sampai ke tujuan dan hemat biaya angkut. Program 100 hari kerja Radiapoh bersama wakilnya Zonny Waldi ini juga mendapatkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Dalam tempo 100 hari Gerakan Marharoan Bolon Membangun Simalungun berhasil mengerjakan perbaikan jalan dengan kondisi layak jalan sepanjang 317 kilometer. Sebelumnya jalan-jalan tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat.

Museum Rekor Indonesia yang melihat langsung hasil pekerjaan program Gerakan Marharoan Bolon Membangun Simalungun, mencatat perbaikan jalan swadaya membawa dampak kepada keberlanjutan pembangunan dan perekonomian.

“Marharoan bolon suatu tradisi kerja sama dalam mencapai tujuan (sapangan bei manoktok hitei). Dalam Undang-undang Pemajuan Kebudayaan, marharoan bolon merupakan salah satu dari 10 objek pamajuan kebudayaan, yakni tradisi lisan,’ kata Radiapoh. Menurut Radiapoh, marharoan bolon merupakan salah satu simbol kebersamaan masyarakat Simalungun yang dijadikan sebagai sumber motivasi dalam merawat interaksi sosial dan pergaulan. Tradisi ini mengutamakan kebersamaan dalam menjadi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengintegrasian nilai dan makna kebudayaan dalam kehidupan sehari- hari menjadi pelegitimasian untuk menjalani kehidupan bermasyarakat. “Kebudayaan tidak dimaknai sebagai aksi semata, tetapi menjadi bagian dalam dinamika kehidupan sosial, dan sebagai agenda daya cipta,” ujarnya.

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 3 November 2024

  • 27 Oktober 2024

  • 20 Oktober 2024

  • 13 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan