maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Pemkot Malang

Upaya Kota Malang untuk Percepatan Penurunan Stunting

Angka stunting turun dari 8,75 persen pada 2023 menjadi 8,38 persen per Maret 2024.

arsip tempo : 171939798153.

Penjabat (Pj.) Wali Kota Malang Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM memaparkan kinerja percepatan penurunan stunting terintegrasi secara virtual. tempo : 171939798153.

Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Malang beserta stakeholder terkait memaparkan kinerja percepatan penurunan stunting terintegrasi secara virtual dari Ngalam Command Center (NCC) Balai Kota Malang, Kamis, 30 Mei 2024. Wahyu mengatakan, stunting di Kota Malang terus mengalami penurunan dan menjadi salah satu faktor pendukung bagi Kota malang bisa meraih Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi se-Jawa Timur yakni sebesar 84,00 pada tahun 2023.

"Angka ini melampaui target P-RPJMD 2018-2023 sebesar 82,248," kata Wahyu.

Berdasarkan tren bulan timbang periode 2018 hingga 2023, Wahyu melanjutkan, prevalensi stunting di Kota Malang terus mengalami penurunan. Pada 2023 mencapai 8,75 persen turun dari 9,1 persen di 2022. 

Per 17 Maret 2024 angka stunting berdasarkan bulan timbang juga turun sebesar 0,37 persen dibanding 2023 menjadi 8,38 persen. "Sementara jika berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia pada 2024 ini prevalensi stunting pun turun 0,7 persen menjadi 17,3 persen dibandingkan tahun 2023,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan, penurunan angka stunting menjadi salah satu agenda strategis yang menjadi prioritas Pemeritah Kota Malang. Upaya penurunan stunting di Kota Malang juga memiliki berbagai regulasi sebagai landasan gerak pelaksanaan aneka program dan strategi.

Wahyu menegaskan, penyelesaian kasus stunting tak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tapi butuh dukungan dan sinergi berbagai pihak. Salah satunya melalui gelaran 'Rembuk Stunting' yang dihadiri oleh berbagai elemen terkait untuk menyepakati program dan kegiatan pencegahan stunting yang terintegrasi.

Pemkot Malang juga terus memperkuat pemberdayaan masyarakat seperti dengan mengoptimalkan peran PKK dan kader posyandu. Juga ada dukungan dari badan usaha atau komunitas seperti HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Kota Malang, Korem 083/Baladhika Jaya, Baznas, Unit Pengumpulan Zakat (UPZ), YDSF (Yayasan Dana Sosial Al Falah), dan HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) Mandiri yang diberikan kepada kelurahan, puskesmas, ataupun tim pendamping keluarga, dan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB).

Perumusan langkah pencegahan dan penanggulangan stunting tentunya tak lepas dari tersedianya data yang akurat. Satu Data Stunting (Satunting) menjadi sebuah sistem untuk mengumpulkan dan mengolah data terkait stunting secara terintegrasi melalui Dinsos P3AP2KB (Tim Pendamping Keluarga), Dinkes (puskesmas dan posyandu), serta rumah sakit dalam penanganan stunting. 

Pemerintah Kota Malang juga memiliki fungsi preventif atau pencegahan yaitu dengan melakukan sosialisasi kepada para calon pengantin, baik yang akan melangsungkan pernikahan dan yang belum melangsungkan pernikahan. "Pemkot Malang pun terus melakukan edukasi dan publikasi secara masif melalui berbagai media sosial ataupun media konvensional," kata Wahyu.

Tak hanya di tingkat kota, Wahyu melanjutkan, penanganan stunting juga dilakukan di tingkat kecamatan, kelurahan, dan puskesmas. Pihaknya terus mendorong terciptanya beragam inovasi di tingkat kelurahan dan kecamatan guna menekan angka stunting. 

“Mereka adalah ujung tombak yang berhadapan langsung dengan masyarakat, yakni di kecamatan, kelurahan, dan puskesmas. Mereka punya inovasi yang dikembangkan dan dilakukan,” ujarnya.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 23 Juni 2024

  • 16 Juni 2024

  • 9 Juni 2024

  • 2 Juni 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan