maaf email atau password anda salah

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini

Satu Akun, Untuk Semua Akses


Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Satu Akun, Untuk Semua Akses

Masukan alamat email Anda, untuk mereset password

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Ubah No. Telepon

Ubah Kata Sandi

Topik Favorit

Hapus Berita

Apakah Anda yakin akan menghapus berita?

Ubah Data Diri

Jenis Kelamin

Danone

Ramai Ahli Tegaskan Keamanan Air Galon Guna Ulang

International Agency Research on Cancer melaporkan zat BPA tidak masuk dalam daftar zat golongan 1 yang paling potensial menyebabkan kanker bagi manusia. #Infotempo

arsip tempo : 171355669539.

Ilustrasi penggunaan galon air mineral.. tempo : 171355669539.

Polemik rencana pelabelan BPA pada kemasan galon masih terus berlangsung. Salah satu latar belakang pelabelan adalah terkait tudingan zat BPA pada kemasan galon guna ulang polikarbonat dapat menyebabkan kanker. 

International Agency Research on Cancer (IARC) sebagai salah satu rujukan utama para ahli dalam penelitian kanker, melaporkan bahwa zat Bisphenol-A (BPA) pada air minum dalam kemasan galon polikarbonat tidak termasuk dalam daftar zat golongan 1 yang paling potensial menyebabkan kanker bagi manusia. Informasi ini sekaligus meluruskan isu yang beredar saat ini bahwa BPA pada kemasan galon guna ulang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dosen dan Peneliti Bidang Kemasan Pangan Institut Pertanian Bogor, DR. Nugraha Edhi Suyatma, menjelaskan bahwa kandungan senyawa dalam kemasan polikarbonat yang dilaporkan oleh IARC hanya masuk pada golongan 3, sementara dalam plastik PET terdapat senyawa acetaldehyde yang masuk ke dalam level 2B. “Zat BPA pada kemasan polikarbonat lebih ringan daripada acetaldehyde,” ujarnya.

Nugraha mengatakan, sudah menulis dan berbicara kepada media bahwa kemasan polikarbonat masih aman dikonsumsi dan juga sering diuji secara berulang. “Perhitungan migrasi (luruhan) zat pada polikarbonat yang sudah berulang kali diuji pun telah ada. Apabila migrasi zatnya meningkat itu sudah pasti tidak lolos uji dan tidak beredar di pasaran,” tuturnya.

Menurut dia, pelabelan BPA pada AMDK galon kurang tepat untuk diatur secara spesifik pada rencana perubahan peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018. Pasalnya, galon sekali pakai PET memang tidak mengandung BPA, tetapi memiliki zat lainnya. Label bebas BPA pada galon PET tidak tepat sasaran dan justru tidak mengedukasi konsumen dengan benar.

Senada dengan hal ini, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi sekaligus Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jawa Barat, Dr. Muhammad Alamsyah Aziz, SpOG (K), KIC, M.Kes, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan kasus gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun kepada janin yang berkaitan dengan konsumsi AMDK guna ulang atau galon berbahan polikarbonat. Penelitian para pakar juga menyebutkan bahwa tingkat migrasi BPA dalam kemasan galon sangat kecil.

“Jadi, sampai saat ini, BPA yang ditemukan di dalam air akibat migrasi dari kemasannya itu sangat rendah sekali. Masih dalam batas ambang aman, baik itu yang sudah dikeluarkan BPOM dan WHO. Data-data yang kita temukan,1.000 kali lebih aman dibanding batas ambang. Jadi, jangan khawatir untuk mengonsumsi air dari galon guna ulang,” katanya.

Pada kesempatan berbeda, Dosen Biokimia IPB Syaefudin, PhD, mengatakan BPA yang tidak sengaja dikonsumsi konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh. Menurutnya, hati manusia mampu mengurai BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh menjadi senyawa lain, sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urin.

“Kalau BPA tidak sengaja dikonsumsi oleh kita tubuh kita, maka yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukorodinase di hati, ada enzim yang mengubah BPA menjadi senyawa lain yang mudah dikeluarkan tubuh lewat urin,” ujar Syaefudin dalam merespon kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan bahaya kesehatan mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) galon, akibat mengandung BPA.

 Syaefudin menambahkan, BPA memiliki biological half life atau waktu paruh biologis. Artinya, ketika BPA itu misalnya satuannya 10, masuk dalam tubuh, maka selama 5-6 jam akan tersisa 5. “Yang setengahnya itu dikeluarkan dari tubuh. Artinya, yang berpotensi untuk menjadi toksik dalam tubuh itu sebenarnya sudah berkurang,” ujar dia. (*)

TIM INFO TEMPO

Berita Lainnya

Konten Eksklusif Lainnya

  • 14 April 2024

  • 7 April 2024

  • 31 Maret 2024

  • 24 Maret 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan