Bila Bahasa tanpa Kala
Pusat terminal feri Pulau Batam pada sebuah siang. Tegak di atas ubun-ubun, matahari menebar panas menyengat. Masih menenteng kotak semir, bocah-bocah itu mengerumuni seorang pria "bule" berumur 40-an tahun. Tapi mereka tak sedang berebutan memoles sandal kulit yang hanya sepasang. Mereka ramai berceloteh tentang gambar yang dibagi-bagikan si Tuan.
David Gil, si penebar gambar, langsung memasang pendengaran dan menyetel ingatanny
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini