Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dari Pembakaran Mayat Ke Bisnis...

Dalam rangka memperingati hari koperasi ke-34 berbagai jenis koperasi terpilih sebagai koperasi terbaik tingkat nasional a.l: KUD Suluhan (Bali), Koperasi Serba Usaha Suka Maju Weeteaula (Sumba). (eb)

22 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK cara orang memajukan koperasi. KUD Sulahan dari Kecamatan Susut, Bali, yang terpilih sebagai KUD terbaik tingkat nasional 1981 maju pesat karena mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdesak kebutuhan adat-istiadat setempat. "Anggota kami merasa tertolong sekali karena kami bisa memenuhi kebutuhan yang amat mendesak, seperti pembakaran mayat. Dua tiga hari mayat harus dibakar. Dengan bantuan koperasi mereka bisa dengan mudah melaksanakan hajat itu," ucap Ketut Sutantra, 31 tahun, manajer koperasi yang mendapat hadiah Toyota Kijang dari Presiden dalam sebuah upacara di Balai Sidang Senayan, tanggal 19 Agustus. Organisasi adat setempat, subak, membuat koperasi itu dengan cepat membengkak keanggotaannya. Ketika berdiri tahun 1973 anggotanya hanya 200 orang. Kemudian melambung menjadi 2.700 orang, berkat mereka yang terlibat dalam subak itu secara berkelompok masuk menjadi anggota. Pada tahun 1979 KUD Sulahan ini sudah berhasil keluar sebagai KUD terbaik tingkat nasional. Dan tahun 1980 sebagai juara II. Tahun ini dalam rangka memperingati Hari Koperasi ke-34 tanggal 12 Juli (karena puasa puncak keramaiannya ditunda sampai 19 Agustus) dia dipilih lagi karena kemajuan yang dicapainya. Menteri Muda Urusan Koperasi Bustanil Arifin tanggal 7 Agustus sengaja datang ke Desa Sulahan untuk secara resmi membisikkan kabar gembira kepada pengurus koperasi itu. Bersaing Harga Dari memenuhi kebutuhan meminjamkan uang untuk pembakaran mayat di bawah pimpinan Ketut Sutantra tamatan IKIP Singaraja itu, KUD Sulahan maju ke usaha perekonomian yang lebih berarti. Paling tidak ada 11 jenis usaha yang diurusnya. Mulai dari pengadaan pangan, prosesing gabah, kredit candakkulak, jasa angkutan dan terakhir malahan jadi kontraktor. Belum lama ini memenangkan tender sebesar Rp 200 juta meliputi pembangunan delapan SD Inpres dan dua buah kantor. Pembangunan kantor Koperasi Kabupaten Bangli dengan anggaran Rp 18 juta dipercayakan kepada Sulahan. "Mutu bangunannya lebih baik daripada pemborong yang lain," kata seorang staf di kantor Pemda Bangli. Dimulai dengan modal Rp 200.000 omset seluruh cabang usaha koperasi itu sampai Juni 1981 mencapai Rp 5 milyar. Terjadi keuntungan sebesar Rp 58 juta yang memungkinkan koperasi itu memberikan imbalan yang cukup untuk 58 orang stafnya. Honor terendah Rp 25.000. Yan tertinggi diperoleh Ketut Sutantra sebesar Rp 200.000/bulan."Berarti sama dengan gaji saya sebagai Ka Bulog," kelakar Bustanil Arifin. KUD Sulahan memang mujur. Sebagaimana diakui manajetnya, koperasi ini bergerak tanpa saingan. "Pusat pertokoan jauh sehingga modal nonpri tak masuk ke wilayah kami," kata Sutantra. Lain halnya dengan Koperasi Serba Usaha Suka Maju dari Weetebula, Sumba Barat yang terpilih sebagai koperasi terbaik tingkat nasional untuk jenis koperasi serba usaha. "Kami tidak takut persaingan. Tapi pengusaha Cina yang memonopoli usaha pelayaran sering membelakangkan pengangkutan muatan kami dari Surabaya. Akibatnya kami terpaksa membeli dari pedagang-pedagang Cina setempat. Ini membuat harga kami, yang biasanya jauh di bawah harga mereka, menjadi berbalik, lebih mahal," keluh Eduard Tanna, 30 tahun, manajer Suka Maju. Di bidang perdagangan pakaian Suka Maju kabarnya sangat menonjol. Harganya jauh di bawah toko-toko yang jadi saingan. "Kami bersaing dari segi harga. Kalau mereka mengambil keuntungan kotor 100%, kami cukup 25%," kata Ketua Koperasi Suka Maju, Matheus Geli, 50 tahun, pensiunan Letnan Brimob. Harga itu katanya sebenarnya masih bisa ditekan kalau saja staf koperasi itu bisa berangkat sendiri ke Surabaya. "Tapi ini membutuhkan uang Rp 10 juu, kalau kurang berarti rugi dimakan ongkos," kata Eduard Itulah makanya pembelian barang dilakukan seorang makelar di Surabaya. Makelar itu mendapat keuntungan 2% dari total harga pembelian baran. Berdiri tahun 1974 dengan kegiatan utama simpan-pinjam di kalangan karyawan misi gereja (koperasi ini tak ada hubungan dengan gereja), sekarang dia memiliki 17 buah toko yang tersebar di enam kecamatan di Sumba Barat. Volume usahanya, terutama dari perdagangan, meliputi Rp 120 juta, tahun 1981 dengan keuntungan sebesar Rp 8,5 juta sampai Juni. Terakhir koperasi ini mendapat pesanan untuk membangun sumur bor untuk fasilitas pelabuhan di Waikelo, sebesar Rp 19 juta. Tapi kelihatannya Eduard dan Matheus ingin sekali untuk bergerak juga dalam pengangkutan laut. Mereka penasaran karena ongkos angkut membuat harga tinggi di daerah NTT. "Kami memang sedang mencoba mencari kredit untuk alat angkutan laut. Tapi belum ada jalan Dari BRI setempat kelihatannya sulit, karena dana yang bisa mereka sediakan cuma Rp 5 juta. Itu pun perlu waktu sampai setengah tahun," kata dua juragan koperasi dari Sumba Barat itu di lobi Hotel Kartika Plaza, Jakarta. Sekalipun di daerah masih tertinggal berbagai persoalan koperasi, mereka kelihatan senang sekali berada di Jakarta untuk menerima hadiah langsung dari tangan Presiden. Di hotel mentereng itu menginap pula juragan koperasi lain yang memenangkan hadiah tertinggi buat koperasi. Antara lain Koperasi Direktorium Geologi Bandung, Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Koperasi Simpan Pinjam Pekalongan, Koperasi Pelayaran Rakyat (Surabaya) dan Koperasi Produksi Tahu Tempe Jakarta Selatan. Berbagai koperasi yang bergerak di kalangan pegawai negeri, guru dan buruh tambang juga mendapat hadiah penghargaan dari pemerintah. Ini nampaknya sebagai usaha untuk mendorong maju gerakan ekonomi itu ke tingkat yang lebih baik. Dengan harapan jangkauannya pun lebih luas. Dan ini nampaknya sedang diusahakan oleh Koperasi Pemuda Indonesia dengan merencanakan pembangunan sebuah hotel yang cukup besar di Ujungpandang (lihat box).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus