Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nener tanpa asuransi

2 juta nener yang diangkut perusahaan penerbangan garuda dengan tujuan surabaya, mati karena terlambat sampai tujuan. garuda dituntut rp 35 juta untuk kerugian itu oleh sungarno.(eb)

27 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA calon penumpang bisa saja sabar menunggu penerbangan sampai beberapa jam, bahkan kadang bisa sampai satu hari. Tapi bagaimana anak bandeng harus menunggu berjam-jam karena ada penerbangan yang gagal? Garuda sudah menemukan jawabannya: Dua juta nener yang diangkutnya mati karena terlambat sampai di tujuan. Dan nasib sial yang terungkap pekan lalu itu memang sedang menimpa Sungarno, pengusaha nener, yang mengirim dagangannya ke Surabaya. Gara-gara pesawat lambat satu hari, anak-anak bandeng itu ditemukan mati saat dibuka pembelinya di bandara Juanda, Surabaya. "Saya sengaja membukanya di hadapan petugas Garuda, agar mereka tahu bahwa nener-nener itu sudah mati semua," kata Antonius, pelanggan yang biasa membeli nener dari Sungarno. Siapa yang mau membeli nener mati ? Antonius pun langsung minta surat bukti dari Garuda, yang menyatakan barang yang diterimanya sudah tidak bagus lagi. Ini penting, sebagai tanda bukti bagi Sungarno selaku penjual. Dan dengan bukti itu, Antonius bisa terbebas dari tuntutan pembayaran yang mubazir. Yang rugi, tentu, Sungarno. Kini ia tengah menuntut ganti rugi Rp 35 juta pada Garuda. "Saya sudah siap dengan data-data yang diminta Garuda," kata Sungarno. Tekadnya sudah bulat, karena, "Kerugian itu tidak bisa ditutup hanya dengan dua kali musim panen," ujarnya. Sungarno sudah sangat yakin, tapi lain halnya dengan pihak Garuda. Kendati sudah diakui adanya keterlambatan dalam penerbangan pesawat GA 611, yang mengangkut nener, "Kasus itu masih diteliti, apakah kematian nener-nener itu akibat kesalahan pihak Garuda," kata Lumenta, Direktur Utama Garuda Indonesia. Alasannya, dua juta nener itu dimasukkan ke dalam sembilan koli, hingga setiap koli berisi lebih dari 200.000 nener. "Ini 'kan tidak masuk akal karena tempat itu kecil," ujarnya lagi. Akibatnya, jumlah oksigen yang sedikit itu jadi bahan rebutan anak-anak bandeng itu. Sehingga, Lumenta menduga, nener itu bukan hanya mati karena penerbangan yang terlambat, "Tapi mungkin saja sudah mati ketika baru dimasukkan ke tempatnya." Bagaimana kalau ternyata kematian itu akibat kesalahan Garuda? "Mungkin kami akan mengganti, pokoknya sesuai dengan perjanjian dalam kontrak pengiriman barang," jawabnya diplomatis. Garuda sendiri, di pihak lain, diakui Lumenta, tidak mengasuransikan barang-barang yang diangkutnya. Jadi Anda bisa menduga berapa Garuda harus keluar uang kalau kematian itu terbukti karena kesalahannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus