Tubuh
Badan telah divonis: “lemah”. Tapi ada paradoks yang dilupakan. Di satu pihak, agama-agama memaparkan tubuh sebagai bagian diri kita yang gelap, payah, dan penuh risiko. Namun, tanpa disadari, tubuh juga jadi kerepotan utama agama-agama.
CEPAT atau lambat coronavirus membawa kita lebih peka dan gentar menyentuh tubuh. Juga lebih akrab.
Kini tiap hari kita menutup mulut dan hidung dengan masker, tiap waktu mencuci tangan, dan tiap pertemuan menjaga jarak dari badan orang lain--hal-hal yang dulu tak kita lakukan. Kita jadi sadar, tubuh sesuatu yang sentral dalam hidup kita, malah mungkin mendasar. Kita percaya ada “roh”, tapi agaknya kita hanya mengingatnya di ruang ga
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini