Ruslan
Goenawan Mohamad
DI dusunnya di Jawa Tengah, Ruslan tak punya waktu untuk berteriak. Ketika Jakarta bising dengan tiga patah kata yang dipertengkarkan—“Buruh”, “Bisnis”, “Birokrasi”—ia sibuk menanam porang. Dengan cangkul yang tak utuh lagi, ia gali tanah di pekarangan rumahnya. Dan, di lubang sedalam 50 senti itu, ia letakkan damen buat pupuk.
Ia puas. Sudah 195 batang porang yang tumbuh. Ia harap-harap cemas. Por
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini